Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Sektor Keuangan

Perang Russia dan Ukraina Makin Memicu Volatilitas di Pasar Keuangan

Foto : STEFANI REYNOLDS/AFP

Gedung Bank Sentral AS, Federal Reserve (the Fed)

A   A   A   Pengaturan Font

WASHINGTON - Bank Sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (the Fed), dalam sebuah laporan yang dirilis Senin (9/5), menyebutkan pasar keuangan mengalami volatilitas yang tinggi di tengah perang Russia dan Ukraina. Selain itu, konflik tersebut juga memicu inflasi global dan menyebabkan tekanan likuiditas di pasar keuangan.

Bahkan dalam waktu dekat, perang dan berbagai peristiwa terkait berpotensi menciptakan tekanan tambahan pada inflasi yang akan membebani kegiatan ekonomi.

Dalam Laporan Stabilitas Keuangan semi-tahunan the Fed juga mencatat bahwa inflasi lebih tinggi dan lebih persisten dari yang diharapkan, bahkan sebelum perang di Ukraina, ketidakpastian atas prospek inflasi telah menimbulkan risiko terhadap kondisi keuangan dan aktivitas ekonomi.

"Bank tetap dikapitalisasi dengan baik, tetapi beberapa dana pasar uang dan obligasi masih terkena risiko likuiditas yang cukup besar," kata laporan itu, mencatat bahwa beberapa tanda tekanan pendanaan muncul di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik.

Laporan the Fed seperti dikutip dari Antara juga mencatat bahwa risiko pendanaan di bank domestik tetap rendah sebagai akibat dari kepemilikan aset likuid yang besar dan kebergantungan yang terbatas pada pendanaan besar-besaran jangka pendek.

Namun, bank sentral memperingatkan bahwa beberapa jenis dana pasar uang dan stablecoin - mata uang digital yang dirancang untuk mempertahankan nilai yang stabil dalam kaitannya dengan aset cadangan yang stabil seperti dollar AS, tetap rentan untuk berjalan. Banyak reksa dana, obligasi, dan pinjaman bank "terus rentan terhadap risiko penebusan".

Pasar pendanaan yang masih luas dan terbukti tangguh, kini dampak limpahannya telah terbatas hingga saat ini.

Dalam pernyataan terpisah, seorang anggota Gubernur the Fed, Lael Brainard, mengatakan perang Russia- Ukraina telah memicu pergerakan harga besar dan margin call di pasar komoditas dan "menyoroti saluran potensial di mana lembaga keuangan besar dapat terkena penularan."

"Dari perspektif stabilitas keuangan, karena sebagian besar peserta mengakses pasar komoditas berjangka melalui bank besar atau broker-dealer yang merupakan anggota dari lembaga kliring yang relevan, anggota kliring ini terkena risiko ketika klien menghadapi margin call yang luar biasa tinggi," kata Brainard.

Lakukan Asesmen

Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, beberapa waktu lalu mengatakan tengah melakukan asesmen untuk mengetahui seberapa besar dampak dari ketegangan geopolitik Russia dan Ukraina terhadap pola pertumbuhan ekonomi global tahun 2022ini, kemungkinan lebih rendah dari 4,4 persen.

"Perlu kita lihat negara-negara mana yang akan direvisi ke bawah, Russia jelas. Tapi, negara-negara berkembang lain yang menjadi mitra dagang utama Indonesia tidak terlalu buruk, sehingga bisa mendukung prospek ekonomi kita," kata Perry.


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini, Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top