Perang Jadi Risiko Global Teratas pada 2025
Direktur Pelaksana WEF, Mirek Dusek
Foto: AFP/FABRICE COFFRINILONDON – Hasil survei yang dirilis Forum Ekonomi Dunia (WEF) pada Rabu (15/1) menunjukkan bahwa konflik bersenjata menempati risiko teratas pada tahun 2025, sebuah pengingat akan semakin dalamnya fragmentasi global saat para pemimpin pemerintah dan bisnis menghadiri pertemuan tahunan di Davos pekan depan.
Hampir satu dari empat dari lebih dari 900 pakar yang disurvei di bidang akademis, bisnis, dan pembuatan kebijakan menempatkan konflik, termasuk perang dan terorisme, sebagai risiko paling parah terhadap pertumbuhan ekonomi pada tahun mendatang. Para ahli ini disurvei pada bulan September dan Oktober lalu.
Cuaca ekstrem, yang menjadi kekhawatiran nomor 1 pada tahun 2024, merupakan bahaya peringkat kedua.
- Baca Juga: Thailand Longgarkan Aturan Visa
- Baca Juga: Enam Negara UE Serukan Pencabutan Sanksi Sementara
"Dalam dunia yang ditandai oleh kesenjangan yang semakin dalam dan risiko yang berjenjang, para pemimpin global punya pilihan: untuk mendorong kolaborasi dan ketahanan, atau menghadapi ketidakstabilan yang semakin parah," kata Direktur Pelaksana WEF, Mirek Dusek, dalam sebuah pernyataan yang menyertai laporan tersebut. “Taruhannya tidak pernah setinggi ini,” imbuh dia.
WEF akan berlangsung pada tanggal 20 Januari dan Donald Trump, yang akan dilantik sebagai presiden ke-47 Amerika Serikat pada hari yang sama dan telah berjanji untuk mengakhiri perang di Ukraina, akan menyampaikan pidato pada pertemuan tersebut secara virtual pada tanggal 23 Januari.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, akan menghadiri pertemuan tersebut dan memberikan pidato pada 21 Januari, menurut penyelenggara WEF.
Di antara para pemimpin global lainnya yang akan menghadiri pertemuan tersebut adalah Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen dan Wakil Perdana Menteri Tiongkok, Ding Xuexiang.
Suriah, situasi kemanusiaan yang mengerikan di Gaza, dan potensi eskalasi konflik di Timur Tengah akan menjadi fokus pada pertemuan tersebut, menurut Presiden dan CEO WEF, Borge Brende.
Saat ini para negosiator sedang berupaya merampungkan rincian akhir mengenai potensi gencatan senjata di Gaza pada tanggal 15 Januari, setelah perundingan maraton di Qatar.
Tren Berlanjut
Ancaman misinformasi dan disinformasi menduduki peringkat risiko global paling parah selama dua tahun ke depan, menurut survei tersebut, peringkat yang sama seperti pada tahun 2024.
Dalam jangka waktu 10 tahun, ancaman lingkungan mendominasi kekhawatiran risiko para ahli, survei menunjukkan.
Cuaca ekstrem merupakan risiko global jangka panjang teratas, diikuti oleh hilangnya keanekaragaman hayati, perubahan kritis pada sistem Bumi, dan kekurangan sumber daya alam.
Suhu global pada tahun 2024 melampaui 1,5 derajat Celsius di atas era pra-industri untuk pertama kalinya, yang membawa dunia semakin dekat pada pelanggaran janji yang dibuat pemerintah berdasarkan perjanjian iklim Paris 2015.
Risiko global didefinisikan oleh survei sebagai suatu kondisi yang akan berdampak negatif terhadap proporsi yang signifikan dari produk domestik bruto global, populasi, atau sumber daya alam. Mayoritas responden, sebesar 64 persen, memperkirakan tren tatanan global yang multipolar dan terfragmentasi akan terus berlanjut. ST/I-1
Berita Trending
- 1 Inter Milan Berpeluang Dekati Puncak Klasemen
- 2 City Incar Kemenangan Keempat Beruntun
- 3 Arsenal Berupaya Bangkit di Tengah Tekanan
- 4 Kejati Jateng Usut Dugaan Korupsi Plaza Klaten, Kerugian Negara Capai Rp 10,2 Miliar
- 5 Khofifah Berharap Program Makan Bergizi Gratis Dapat Tingkatkan IQ Anak Indonesia