Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Penurunan Pertumbuhan Ekonomi

A   A   A   Pengaturan Font

Laporan Bank Dunia tentang Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Juni 2019 (Indonesia Economic Qurterly June 2019) yang memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2019 menjadi 5,1 persen, lebih rendah dibanding prediksi sebelumnya yakni 5,2 persen, merupakan hal yang wajar. Toh, perekonomian Indonesia tetap masih tumbuh di atas 5 persen di kala banyak negara mengalami penurunan drastis pertumbuhan, bahkan ada negara yang kesulitan menaikan pertumbuhan ekonomi.

Pekan lalu, Bank Dunia juga memangkas prospek pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2019 menjadi 2,6 persen. Angka itu adalah pemangkasan sekian kalinya dari proyeksi sebelumnya yang sebesar 2,9 persen.

Bank Dunia melaporkan, produk domestik bruto (PDB) Indonesia tahun ini lebih rendah terutama karena sentimen eksternal yang belum sepenuhnya mereda. Sebut saja perang dagang Amerika Serikat (AS)-Tiongkok, konflik geopolitik global, hingga Brexit.

Selain itu, meski sudah ada progres pertemuan AS-Tiongkok dalam KTT G20, di Osaka, Jepang, pada akhir pekan lalu, Bank Dunia memperkirakan ekonomi Tiongkok tumbuh lebih lambat, sehingga Indonesia yang menjadi mitra bisnis dengan Tiongkok terkena efek domino. Di sisi lain, sentimen dari internal pun mendukung prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang melemah.

Masih menurut Bank Dunia, ekspor komoditas Indonesia kemungkinan menurun di tahun ini. Sebab, secara harga komoditas unggulan seperti crude palm oil (CPO) atau minyak sawit dan batu bara dalam tren pelemahan. Runyamnya, daya beli global melemah karena sentimen eksternal.

Bank Dunia juga melaporkan pertumbuhan impor Indonesia masih akan lemah sejalan dengan investasi yang lebih lambat. Konsumsi swasta diperkirakan masih moderat di level 5,2 persen di atas pencapaian tahun lalu di level 5,1 persen. Dari sisi fiskal, diperkirakan masih akan membaik, dan memungkinkan investasi pemerintah menguat karena proyek infrastruktur kembali berlanjut sehingga konsumsi pemerintah tahun ini meningkat jadi 5,1 persen dari tahun lalu yakni 4,8 persen.

Meskipun proyeksi melambat, namun Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan investasi tetap kuat, terutama setelah ketidakpastian politik mereda usai Mahkamah Konstitusi (MK) menolak gugatan sengketa pemilihan presiden 2019 pada pekan lalu. Sentimen ini membawa bisnis yang lebih optimistis.

Di sisi lain, Bank Dunia memproyeksikan defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) menyempit menjadi 2,8 persen dari PDB di 2018. Tetapi, nantinya kembali ke 2,5 persen PDB di 2020. Namun, apabila pemerintah tidak meningkatkan ekspor dan investasi asing langsung, tekanan pada CAD akan terus berlangsung.

Sementara inflasi 2019 diprediksi Bank Dunia mencapai 3,0 persen, lebih rendah ketimbang konsensus sebelumnya di level 3,5 persen dan inflasi 2018 yang sebesar 3,2 persen. Adapun untuk tahun 2020, Bank Dunia memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tumbuh ke level 5,2 persen. Dengan stimulus sentimen eksternal yang terjadi saat ini mereda akan membuat fundamental dalam negeri dapat terjaga.

Laporan Bank Dunia tersebut mesti menjadi catatan penting bagi tim ekonomi pemerintah untuk selalu bisa menjaga pertumbuhan ekonomi agar berkualitas. Lagi pula, proyeksi tersebut bukan berarti menutup harapan Indonesia untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Target pemerintah untuk mencapai 5,3 persen sampai akhir tahun masih memungkinkan tercapai, yang tentunya dengan segala upaya terbaik, terutama meningkatkan ekspor dan mengurangi impor barang konsumsi serta menjaga kepercayaan investor. Ini artinya, pemerintah mesti kerja keras agar kondisi sekarang ini tak mengarah kepada resesi apalagi sampai krisis.

Komentar

Komentar
()

Top