Kawal Pemilu Nasional Mondial Polkam Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Otomotif Rona Telko Properti The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis Liputan Khusus
Energi Baru Terbarukan

Penurunan Biaya EBT Pertanda Transisi Energi

Foto : AFP POCHARD-CASABIANCA/PASCAL

LADANG SURYA - Seorang pria sedang memfoto panel matahari yang ada di ladang surya, di Giuncaggio, Kepulauan Corsica, Prancis, beberapa waktu lalu.

A   A   A   Pengaturan Font

LONDON - Penurunan biaya bagi energi baru terbarukan (EBT) akan menjadi pertanda dimulainya transisi global menuju penggunaan energi rendah karbon. Hal itu diumumkan International Renewable Energy Agency (IRENA) dalam laporannya yang dipublikasikan pada Selasa (2/6). "Dengan semakin murahnya pembangunan ladang pembangkit energi surya dan angin dari pada mengoperasikan pembangkit energi batu bara, maka ini akan jadi pertanda terjadinya transisi energi," lapor IRENA. Disampaikan pula oleh IRENA bahwa semakin murahnya biaya pembangkit EBT daripada generasi pembangkit berbahan bakar fosil bisa membantu pemerintah untuk merangkul langkah pemulihan bagi perekonomian yang ramah lingkungan (green economic) yang terdampak oleh terjadinya pandemi virus korona.

"Kita telah mencapai tahap penting dalam masalah transisi energi," kata Direktur Jenderal IRENA, Francesco La Camera. Walau para ilmuwan mengatakan bahwa dunia harus lebih cepat dalam mengupayakan transisi energi untuk menghindari dampak buruk dari perubahan iklim, dalam laporan IRENA dinyatakan bahwa energi angin dan surya saat ini sudah semakin kompetitif dalam hal biayanya saja.

"Lebih dari setengah kapasitas EBT yang dibangun pada 2019, beban biayanya lebih murah dibandingkan pembangunan pembangkit energi batu bara terbaru dengan biaya yang paling murah," lapor institusi yang bermarkas di Abu Dhabi itu. Kurangi Emisi Dalam laporan IRENA juga disebutkan bahwa lelang kontrak proyek pembangunan ladang pembangkit energi tenaga surya dan kincir angin di tepi pantai rata-rata biayanya lebih rendah dari pada mengoperasikan pembangkit energi batu bara yang telah ada dan semakin mahal seiring semakin tipisnya cadangan batu bara. Berdasarkan kalkulasi, dunia bisa menghemat hingga 23 miliar dollar AS terkait beban biaya sistem energi jika memanfaatkan ladang pembangkit energi surya dan angin yang kapasitasnya setara untuk menggantikan pembangkit energi batu bara yang bisa menghasilkan listrik sebesar 500 gigawatt. Pembangkit energi batu bara saat ini masih banyak dioperasikan di Tiongkok, India, Polandia, Korea Selatan, Jepang, Jerman dan Amerika Serikat (AS).

"Jika pembangkit energi batu bara diganti oleh pem bangkit EBT juga bisa mengurangi emisi karbon dioksida global setara dengan 5 persen dari total emisi CO2 yang dihasilkan dunia pada 2019," demikian laporan IRENA.

SB/Ant/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S, Antara

Komentar

Komentar
()

Top