Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Pentingnya Pulihkan Trauma Anak Usai Bencana

Foto : istimewa

Anak Trauma

A   A   A   Pengaturan Font

Jakarta- Bencana alam seperti gempa bumi, banjir dan sebagainya memberikan dampak destruktif yang sangat besar bagi masyarakat, termasuk anak-anak baik fisik maupun kejiwaan.

Dampak bencana yang seringkali luput dari perhatian adalah gangguan kejiwaan (psikologis) pada anak atau biasa disebut trauma.

Berbeda dengan biaya kerusakan secara sosial atau ekonomi yang dapat dihitung, dampak psikologis pada anak pasca bencana tidak dapat diprediksi waktu, durasi serta intensitasnya.

Gejala trauma yang muncul pun juga berbeda-beda, sehingga tidak dapat dibandingkan antara satu anak dengan anak lainnya. Beberapa contoh trauma pada anak pasca bencana adalah gangguan kecemasan, mudah panik, stres akut sampai depresi.

Gejala-gejala tersebut apabila diabaikan tentunya akan berpengaruh buruk terhadap perkembangan anak baik fisik maupun mentalnya.

Christina Dumaria Sirumapea M.Psi.,Psikolog, Psikolog Klinis Dewasa dan Associate Assessor di TigaGenerasi dalam siaran pers pada Jumat mengatakan aspek psikologis juga penting untuk diperhatikan dalam menghadapi dampak bencana.

"Yang bisa dilakukan untuk memulihkan trauma anak usai terjadi bencana adalah dengan melakukanpsychological first aid(PFA)," kata Christina dalam Webinar "Pelatihan Psikososial dan Trauma Healing Bagi Tenaga Pendidik" yang digagas Cetta Satkaara bersama Rumah Guru BK (RGBK) beberapa waktu lalu.

PFA adalah tindakan suportif dan manusiawi, berupa dukungan sosial, emosional, atau praktis yang diberikan terhadap seseorang yang mengalami peristiwa krisis.

PFA bagi anak korban bencana dibagi menjadi empat landasan yakniprepare, look, listendanlink.

"PFA itu dukungan praktis layaknya kotak obat darurat yang bisa digunakan orang awam untuk membantu sementara dalam penanganan korban pasca bencana agar lebih tenang dan aman. Namun untuk tahap lanjutannya tetap harus ditangani oleh profesional yaitu psikolog atau dokter," kata perempuan yang akrab disapa Ina itu.



Adapun empat landasan PFA meliputi;Prepareyakni pengamatan situasi keamanan, gejala serta bantuan yang dibutuhkan korban.Lookadalah pendekatan sebagai pendengar aktif untuk membantu korban menenangkan diri.Listenditerapkan dengan memberikan akses layanan kesehatan, sementaraLinkdengan menghubungkan korban ke tenaga profesional sesuai kebutuhannya.

Ina menambahkan,"yang perlu digarisbawahi adalah jangan bertanya terlalu detail mengenai trauma yang dialami karena justru akan men-trigger ingatan korban akan pengalaman bencana".

Co Founder dan Senior Advisor PT Cetta Satkaara, Ruth Andriani menuturkan rentetan bencana yang terjadi di tanah air belakangan ini membawa keprihatinan. Namun sayangnya, bantuan di ranah psikologis masih sering terlupakan, padahal banyak korban yang masih menyisakan trauma psikis berkepanjangan pasca bencana.

"Sebagian orang berfokus hanya pada luka fisik dan menekankan pentingnya kehadiran bantuan medis saat bencana terjadi. Belum banyak yang memahami bahwa ada luka emosional, terutama pada anak yang sama sakitnya dan butuh perhatian lebih untuk


Redaktur : Khairil Huda
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top