Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Hasil Survei

Penjualan Ritel Pada Agustus Meningkat

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA- Hasil survei Bank Indonesia (BI) menyebutkan penjualan eceran pada Juli 2017 menurun sejalan dengan kembali normalnya pola konsumsi masyarakat setelah Ramadhan dan Idul Fitri. Hal itu tercermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) hasil survei penjualan eceran Juli 2017 sebesar 209,9 atau turun sebesar 3,3 persen secara year on year (yoy), setelah pada bulan sebelumnya tumbuh 6,3 persen (yoy).

"Penurunan penjualan ritel terjadi baik pada kelompok makanan maupun kelompok nonmakanan. Secara regional, penurunan pertumbuhan tahunan IPR terjadi di beberapa kota seperti Semarang, Denpasar, dan Manado," sebut BI.

Bank sentral memperkirakan penjualan ritel kembali meningkat di Agustus 2017. Hal itu terindikasi dari IPR Agustus 2017 yang tumbuh 5,3 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya. Peningkatan penjualan ritel diperkirakan terjadi pada kelompok makanan sebesar 10,4 persen, setelah pada bulan sebelumnya tumbuh -0,3 persen.

Pertumbuhan penjualan ritel untuk kelompok nonmakanan juga akan membaik dari -7,8 persen (yoy) menjadi -1,9 persen (yoy).

Tekanan Meningkat

Sebelumnya dalam survei konsumen bank sentral mengindikasikan tekanan kenaikan harga di tingkat pedagang eceran tiga bulan mendatang meningkat, dibandingkan bulan sebelumnya. Indikasi tersebut terlihat dari Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) 3 bulan yang akan datang sebesar 135,5, lebih tinggi dari 133,3 pada bulan sebelumnya.

Disebutkan keyakinan konsumen pada Agustus 2017 melemah, namun tetap berada pada level yang optimis. Hal tersebut tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Agustus 2017 yang tetap tinggi sebesar 121,9, meskipun lebih rendah 1,5 poin dari bulan sebelumnya yang sebesar 123,4.

Hasil survei mengindikasikan terjaganya optimisme konsumen tersebut ditopang terutama oleh ekspektasi terhadap meningkatnya ketersediaan lapangan kerja dalam 6 bulan mendatang. Namun, menurunnya persepsi konsumen terhadap penghasilan saat ini dan ketepatan waktu pembelian barang tahan lama (durable goods) menyebabkan lebih rendahnya IKK.

"Sejalan dengan penurunan indeks penghasilan saat ini, rata-rata rasio pengeluaran untuk konsumsi juga menurun 0,2 persen menjadi 63,8 persen dan rasio pembayaran cicilan menurun 0,3 persen menjadi 15,1 persen," sebut BI.

Sebaliknya, porsi tabungan meningkat 0,5 persen menjadi 21,1 persen. Penurunan konsumsi yang diikuti dengan peningkatan porsi tabungan merupakan indikasi adanya penyesuaian perilaku pola konsumsi masyarakat. bud/E-10


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Vitto Budi

Komentar

Komentar
()

Top