Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Penjualan Antibiotik Tanpa Resep Pacu Kejadian AMR

Foto : Istimewa

Ilustrasi penjualan antibiotik tanpa resep.

A   A   A   Pengaturan Font

Obat-obat antibiotik yang dibeli tanpa resep, dianggap lebih mudah dan hemat biaya. Hal ini merupakan salah satu faktor yang membuat permintaannya sangat tinggi. "Apalagi antibiotik saat ini dapat dibeli dengan mudah. Dampaknya adalah memicu perkembangan AMR di Indonesia," ujarnya.

Hasil penelitian berjudul Protecting Indonesia from the Threat of Antimicrobial Resistance (PINTAR) yang BMJ Global Health, menemukan masyarakat dapat membeli antibiotik tanpa resep dengan proporsi dapat mencapai dua dari tiga kunjungan/pembelian. Meskipun antibiotik lini pertama seperti amoksisilin dan kotrimoksazol yang banyak dibeli namun antibiotik lini kedua seperti sefalosporin juga mudah dibeli tanpa resep dokter.

"Meskipun peraturan tentang penjualan antibiotik di Indonesia sudah jelas, tetapi dalam praktik, penjualan antibiotik tanpa resep ini masih banyak ditemukan, khususnya pada toko obat yang tidak resmi," tambahnya.

Untuk mengatasi berbagai hal tersebut, penguatan implementasi regulasi merupakan salah satu cara untuk mengendalikan peredaran antibiotik yang dapat berlaku sebagai pemicu resistensi antibiotik. Namun hal ini saja tidak cukup untuk menyelesaikan keseluruhan masalah resistensi antimikroba.

Ketua Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba (KPRA) periode 2014-2021 Harry Parathon mengungkapkan banyaknya penjualan antibiotik tanpa resep yang kerap terjadi di Indonesia merupakan salah faktor pemicu AMR. Hal ini tidak sesuai dengan peraturan karena hanya dokter, dokter gigi, dan dokter hewan yang memiliki kewenangan.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top