Nasional Luar Negeri Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona Genvoice Kupas Splash Wisata Perspektif Edisi Weekend Foto Video Infografis
Taman Kardus

Tempat Nongkrong Unik di Jalan Sersan Bajuri

Foto : koran jakarta/teguh rahardjo
A   A   A   Pengaturan Font

Baru enam bulan, tetapi tempat ini sudah begitu terkenal dan wira-wiri diperbincangkan keunikannya oleh warganet di media sosial. Namanya Taman Kardus.

Taman Kardus berlokasi di Jalan Sersan Bajuri 102, jalan yang memang padat dengan banyaknya lokasi wisata, hotel, kafe, restoran dan permainan alam khas Bandung. Secara administratif, sudah masuk wilayah Bandung Barat, kawasan Parompong Lembang.

Untuk mencapainya bisa melalui Kota Bandung, dari arah Jalan Setiabudi - Lembang, masuk ke pertigaan Jalan Sersan Bajuri. Tidak jauh dari lokasi wisata Kampung Gajah. Atau bisa melalui Cimahi menuju Jalan Kolonel Masturi hingga ke arah Resort Kampung Daun hingga bertemu dengan Jalan Sersan Bajuri.

Tidak perlu terburu-buru menyusuri jalan-jalan tersebut, sebab pemandangan di sisi kanan dan jalannya yang sempit ternyata cukup indah menyejukan mata. Dengan pohon dari berbagai jenis bunga menjadi taman-taman di sepanjang jalannya. Pohon atau bunga di pinggir jalan itu memang dijual.

Saat Koran Jakarta mencoba menyambanginya, meski baru dibuka, Taman Kardus sudah ada beberapa pengunjung yang sedang asyik berfoto di dalam Taman Kardus. Sementara beberapa lainnya sedang menikmati suasana sejuk udara Bandung, duduk di kursi busa di depan Taman Kardus. Udaranya sejuk karena lokasi duduk-duduk itu berada diantara pohon-pohon pinus yang menjulang tinggi.

Menurut salah satu pendiri Taman Kardus, Nidya Valencia, lokasinya itu baru berumur enam bulan. Sungguh luar biasa, baru setengah tahun, namun namanya sudah terkenal hingga ke berbagai daerah. Bahkan diakuinya sudah banyak turis asing yang sengaja datang untuk melihat uniknya Taman Kardus.

"Ada dari Eropa, Malaysia dan lainnya. Mereka penasaran setelah melihat ulasan Taman Kardus di media sosial, ada juga dari informasi teman di Indonesia. Dan mereka senang banget setelah melihat langsung," ujar perempuan lulusan Universitas Maranatha Bandung ini.

Ia tidak sendiri dalam mencetuskan ide untuk membuat Taman Kardus ini. Bersama dua rekannya,Fernando dan Ocsa, mereka melakukan riset dan akhirnya tercetus membuat sesuatu yang unik dan belum pernah ada di Indonesia.

"Kami dapat beasiswa ke luar negeri, sekaligus mencari ide usaha apa yang bisa dibawa pulang. Akhirnya buat kafe namun dengan konsep semua dari kertas kardus. Ini terinspirasi dari King Cartenz. Ternyata sambutannya di atas ekspektasi," tegasnya.

Taman Kardus ini sejatinya mirip seperti museum. Konsep museum memang dibuat di mana di dalamnya terdapat bangunan Gedung Merdeka, Gedung Pasar Baru dan beberapa furniture yang seluruhnya terbuat dari kertas kardus grade AA- (kardus kualitas terkuat).

Bangunan berukuran sedang yang dikelilingi tembok dari kaca, di dalamnya nampak ada beberapa set meja kursi. Warnanya cokelat, warna alami dari kardus sengaja tidak dicat. Beberapa pengunjung nampak asyik menikmati camilan dan minuman sambil duduk di kursi kardus.

"Kalau kursi kecil bisa diduduki maksimal seberat 180 kilogram, kalau kursi besar kuat menahan beban 300 kilogram," ujar Nidya sambil ikut duduk di atas kursi kardus.

Butuh Waktu Tujuh Bulan

Masuk ke Taman Kardus, sebuah bangunan di sisi kiri adalah bangunan Gedung Merdeka. Nampak mirip dengan bangunan gedung bersejarah yang ada di Jalan Asia Afrika Kota Bandung, pada bagian mukanya.

Ini adalah bangunan kardus yang paling besar di dalam taman. Pengunjung yang mampir, akan langsung teralihkan pandangannya ke bangunan kardus Gedung Merdeka tersebut. Dan tentu saja langsung bergaya untuk difoto dengan latar bangunan kardus tersebut.

Di sampingnya juga sebuah bangunan berukuran besar yang menampilkan suasana Pasar Baru. Di bagian lain nampak bentuk komedi putar, lalu ada ruangan yang akan menjadi kafe es cream. Lalu ada gambar-gambar pada kertas kardus memanjang, yang menunjukan bangunan-bangunan tua yang ada di Bandung, seperti Gedung Sate, Gedung Isola UPI, Braga dan lainnya.

"Konsepnya memang Bandung Tempo Dulu. Karena kami bertiga ingin menghadirkan Bandung di sini," jelas Nidya.

Menurutnya untuk memulai membuat Taman Kardus, sempat ada kebingungan. Terutama mencari pembuat furniture berbahan kardus yang kuat diduduki berbentuk kursi dan meja. Akhirnya mereka berhasil menemukan pembuat mainan dan asesories dari kardus di Surabaya, Dus Duk Duk.

Setelah melakukan komunikasi yang panjang dengan membuat desain yang unik, akhirnya pembuatan Taman Kardus dimulai. Proses pembuatannya cukup panjang, memakan waktu hampir tujuh bulan, hingga akhirnya siap untuk diperkenalkan kepada masyarakat.

Awalnya, Nidya dan kawan-kawan ingin membuat restoran, menjual kuliner khas Bandung. Kuliernya adalah camilan atau makanan kecil dan kopi. Konsep kafe kardus yang menjadi pembedanya.

Namun ternyata pengunjung malahan datang untuk melihat Taman Kardus, sementara kuliner adalah daya tarik kesekian.

"Iya, mereka datang untuk berfoto di Taman Kardus, mencoba makanan adalah tujuan berikutnya. Jadi daya tarik utamanya adalah untuk berfoto di antara bangunan kardus," ujarnya tertawa.

Suasana yang nyaman di bagian depan Taman Kardus juga menjadi lokasi tersendiri bagi pengunjung. Sambil menikmati makanan dan minuman, mereka bisa berbincang, ngobrol panjang segala hal, sambil memandangi karya desain Taman Kardus dari luar bangunan. Keindahan bangunan kardus masih bisa dilihat karena taman tersebut di kelilingi tembok yang sebagian besar terbuat dari kaca bening.

"Workshop" untuk Pengunjung

Kardus rupanya bisa menjadi media untuk berkreatif. Dari kertas kardus bisa menjadi berbagai mainan hingga asesoris yang cantik bahkan bernilai ekonomis.

Berlatar belakang pendidikan disain, Nidya dan kawan-kawan rupanya masih ingin membuat sesuatu yang lebih menarik dari bahan kardus. Untuk itulah dalam waktu dekat, akan ada workshop untuk pengunjung yang tertarik dengan seni berbahan kardus.

Kebetulan di Bandung juga ada ibu yang menjadi penggiat mainan dari kardus, bahkan sudah disebut sebagai ibu kardus, namanya Nur Maliyanti. Selain dengan komunitas, worshop juga bisa dilakukan dengan Dus Duk Duk, yang selama ini bekerjasama dengan mereka.

"Di halaman depan Taman Kardus ini bisa menjadi workshop bagi pengunjung terutama anak-anak untuk membuat mainan atau kerajinan dari kardus. Ini akan semakin menambah minat untuk datang ke Taman Kardus," ujarnya.

Selain itu ia juga berkeinginan untuk membangun lokasi serupa di beberapa kota di Indonesia. Keinginan itu kemungkinan bakal terwujud di Bali. Selain ada tawaran dari teman, Bali juga dapat menjadi inspirasi membuat bangunan dari kardus, seperti pura dari kardus.

Nah, bagi yang ingin melihat uniknya Taman Kardus, tampat ini dibuka mulai pukul 10 pagi hingga 10 malam. Saat akhir pekan bahkan bisa sampai pukul 11 malam. Selain menikmati kuliner khas seperti seblak Bandung atau cireng, ber selfie saat malam hari ternyata lebih menarik. Lampu-lampu warna-warni akan semakin mempercantik suasana Taman Kardus.

tgh/R-1

Komentar

Komentar
()

Top