Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
gagasan

Pengukuran Kemiskinan

Foto : koran jakarta/ones
A   A   A   Pengaturan Font

Tercatat 50 persen dari 84 negara menggunakan batasan ini, setidaknya menurut United Nation Statistics Divisions (Hasbullah, 2013), walaupun terdapat sedikit perbedaan dalam standar kalori yang digunakan. Misalnya, India (2.400 kilokalori untuk perdesaan dan 2.100 kilokalori untuk perkotaan). Kemudian Tiongkok (2.100), Banglades (2.122), Filipina (2.000) atau Vietnam yang menggunakan 2.100 kilokalori (Asra dan Fransisco, 2001).

Pengukuran kemiskinan dengan pendekatan kebutuhan dasar inilah yang digunakan BPS sejak tahun 1984. Hasilnya, mencakup kemiskinan selama 1976-1981 menggunakan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Hingga sekarang pengukuran ini masih digunakan (lebih dari 300 komoditas pertanyaan), tentu dengan nilai rupiah (moneter) garis kemiskinan yang semakin meningkat. Data terakhir, Maret 2017, garis kemiskinan nasional sebesar 374.478 per orang tiap bulan.

Artinya jika dalam satu rumah tangga terdiri dari 4 orang, dikatakan miskin jika pendapatan (pendekatan pengeluaran) sebulan kurang 1,5 juta rupiah (4 kali garis kemiskinan). Batasan ini juga berbeda tiap wi layah. Contoh, di Jawa Tengah sebesar 333.224. Sedangkan Bangka Belitung mencapai 587.530 per orang tiap bulan.

Makro

Pengukuran kemiskinan menggunakan data Susenas mampu mengidentifikasi dimensi serta karakteristik si miskin secara makro (kewilayahan). Sebut saja pada Maret 2016, sekitar 50,8 persen bekerja di sektor pertanian sebagai petani gurem, nelayan, buruh tani dan perkebunan.
Halaman Selanjutnya....

Komentar

Komentar
()

Top