Penggunaan Layar Gadget pada Anak Usia 10 Tahun Picu Risiko Depresi dan Kecemasan
Foto: IstimewaDi era digital, orang tua sering kali menyerahkan gadget digital mereka untuk meredakan amukan anak-anak mereka, yang secara tidak sadar dapat berkontribusi pada memburuknya kesehatan mental mereka dan membuka jalan bagi penyakit mental yang serius.
Dilansir dari Hindustan Times, sebuah penelitian yang dilakukan oleh University of California, San Francisco, menjelaskan hubungan antara waktu di depan layar dan kesehatan mental pada anak-anak. Peningkatan waktu di depan layar pada anak usia 9 dan 10 tahun berkaitan dengan masalah kesehatan mental.
Penelitian jangka panjang ini melacak lebih dari 9.500 anak dari seluruh negeri selama dua tahun. Ditemukan bahwa waktu penggunaan layar yang lebih tinggi menyebabkan peningkatan risiko gejala depresi yang parah, kecemasan, kurangnya perhatian, dan bahkan agresi.
Para peneliti menyoroti tren memprihatinkan dari generasi baru yang menghabiskan lebih banyak waktu di depan layar, yang menggantikan waktu bermain secara fisik, bersosialisasi, dan kegiatan lain yang membantu mengurangi kecemasan dan stres. Perilaku digital seperti mengirim pesan teks, chatting, dan panggilan video terlihat memiliki hubungan yang paling kuat dengan gejala depresi.
Studi ini menemukan bahwa total waktu penggunaan gawai yang lebih tinggi dikaitkan dengan peningkatan berbagai gejala kesehatan mental. Secara khusus, setiap jam tambahan waktu penggunaan layar berkorelasi dengan peningkatan 10% pada gejala depresi, peningkatan 7% pada gejala perilaku, dan peningkatan 6% pada gejala somatik. Selain itu, dengan setiap jam tambahan waktu penggunaan layar, terdapat peningkatan risiko 6% untuk gejala defisit perhatian/hiperaktif.
Para peneliti mencatat bahwa meskipun efeknya kecil, dampaknya konsisten. Mereka juga mengamati bahwa di antara aktivitas layar, obrolan video, mengirim pesan, menonton video, dan video game adalah jenis penggunaan yang memiliki hubungan terbesar dengan gejala depresi.
"Penggunaan layar dapat menggantikan waktu yang dihabiskan untuk melakukan aktivitas fisik, tidur, bersosialisasi secara langsung, dan perilaku lain yang mengurangi depresi dan kecemasan," jelas penulis utama Dr. Jason Nagata, dikutip dari Medical Daily, Rabu (9/10).
Studi ini menekankan peningkatan konsumsi digital yang mengkhawatirkan di kalangan anak-anak, yang semakin dipercepat oleh pandemi Covid-19. Para peneliti melaporkan bahwa 42% siswa sekolah menengah mengalami penurunan kesehatan mental, dengan perasaan sedih yang terus menerus, meningkat secara signifikan sebesar 50% sejak tahun 2011.
Penelitian ini juga mengungkapkan tren berbahaya dalam rata-rata waktu penggunaan layar pada anak-anak. Anak-anak berusia 8 hingga 12 tahun mengonsumsi 5,5 jam konten digital yang tidak mendidik setiap hari, sementara remaja rata-rata menghabiskan 8,5 jam. Para peneliti menekankan peran penting yang dimainkan oleh orang tua dalam mengatur konsumsi digital dan membina hubungan yang lebih sehat dengan teknologi; hubungan yang tidak berlebihan dan tidak menghabiskan waktu.
Berita Trending
- 1 Electricity Connect 2024, Momentum Kemandirian dan Ketahanan Energi Nasional
- 2 Indonesia Tunda Peluncuran Komitmen Iklim Terbaru di COP29 Azerbaijan
- 3 Penerima LPDP Harus Berkontribusi untuk Negeri
- 4 Ini yang Dilakukan Kemnaker untuk Mendukung Industri Musik
- 5 Tim Putra LavAni Kembali Tembus Grand Final Usai Bungkam Indomaret
Berita Terkini
- Ikan Miliki Zat Gizi DHA yang Tidak Terdapat Dalam Sumber Protein Lain
- Tottenham: Van de Ven Belum Pulih, Romero Diragukan Lawan City
- OCA Permudah Pelaku Usaha Menjalin Hubungan Lebih Personal dengan Pelanggan
- GovTech Diharapkan jadi Super Apps Nasional
- Presiden Prabowo Raih Komitmen Investasi 8,5 Miliar Dollar AS saat Roundtable Forum di Inggris