Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Transisi Energi

Penggunaan Bioetanol Kurangi Emisi Karbon

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Pemerintah tengah mempersiapkan kebijakan pemanfaatan bioetanol sebagai campuran bahan bakar bensin. Bioetanol yang dihasilkan dari bahan baku seperti tebu dan singkong memiliki potensi besar untuk mengurangi emisi karbon dan meningkatkan ketahanan energi nasional.

Penggunaan Bioethanol bisa menekan impor minyak yang menguras devisa negara. "Setelah B40, kemudian juga kita akan coba Nanti bio-etanol," ucap Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif di Jakarta, Senin (5/8).

Menurut US Department of Energy, penggunaan bioetanol dapat menghasilkan penghematan bahan bakar yang bervariasi, bergantung pada perbedaan energi dalam campuran yang digunakan. Namun, dengan mengoptimalkan penggunaan campuran etanol yang lebih tinggi, penghematan bahan bakar kemungkinan meningkat karena peningkatan efisiensi mesin.

Selain itu, etanol memiliki angka oktan lebih tinggi daripada bensin sehingga dapat meningkatkan tenaga atau kinerja mesin. Dia mencontohkan banyak pembalap menggunakan E98 sebagai bahan bakar untuk mobil balap karena kandungan oktan tinggi.

Saat ini, produksi bioetanol di Indonesia baru mencapai sekitar 40 ribu kiloliter (kl) per tahun. Target pemerintah pada 2030 mencapai produksi sebanyak 1,2 juta kl. Ini diharapkan dapat mengurangi impor BBM sebesar 60 persen, khususnya pada jenis bensin yang mencapai 35,8 juta KL pada 2022.

Adapun upaya mendorong diversifikasi energi ini sebagai bagian dari wujud nyata komitmen pemerintah dalam mewujudkan Indonesia yang lebih hijau dan berkelanjutan.

Percepat Implementasi

Pemerintah, papar Arifin, mempercepat implementasi biodiesel B40, yakni campuran solar dengan 40 persen bahan bakar nabati (BBN) berbasis minyak sawit pada 2025. Rencana ini sejalan dengan data realisasi kinerja subsektor EBTKE pada 2024 yang menunjukkan perkembangan positif.

Data terbaru menunjukkan pemanfaatan biodiesel pada kuartal II-2024 mencapai realisasi sebesar 6,2 juta kl, atau sekitar 54,2 persen dari target tahunan sebesar 11,3 juta kl. Selain memberikan kontribusi pada penurunan emisi gas rumah kaca, peningkatan konsumsi biodiesel juga berdampak positif terhadap perekonomian dengan menciptakan lapangan kerja baru dan mengurangi kebergantungan pada impor bahan bakar fosil.

"Tahun ini sudah mulai masuk ke biodiesel B35. Insyaallah tahun depan B40 sudah bisa jalan, sudah ada kesepakatan," ujar Arifin.

Melalui program B40 ini, pemerintah terus meningkatkan adopsi biodiesel berbasis kelapa sawit di berbagai jenis kendaraan.


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top