
Penggunaan Batu Bara Dunia Akan Menurun Tahun Depan
Batu bara adalah sumber emisi CO2 terkait energi terbesar yang bertanggung jawab bersama dengan gas rumah kaca lainnya terhadap pemanasan global.
Foto: ISTIMEWAPARIS - Badan Energi Internasional atau International Energy Agency (IEA), pada Jumat (15/12), mengatakan konsumsi batu bara dunia akan mulai menurun pada tahun depan setelah mencapai puncaknya pada tahun 2023.
Dikutip dari The Straits Times, perkiraan terbaru IEA muncul setelah hampir 200 negara pada perundingan iklim Conference of the Parties 28 (COP-28) mengadopsi kesepakatan yang menyatakan dunia akan beralih dari bahan bakar fosil untuk mencapai emisi net zero pada tahun 2050 dan membatasi pemanasan global.
Batu bara merupakan sumber emisi CO2 terkait energi terbesar yang bertanggung jawab, bersama dengan gas rumah kaca lainnya, terhadap pemanasan global.
Para ilmuwan mengatakan bumi telah memanas sebesar 1,2 derajat Celsius di atas tingkat pra-industri dan memperkirakan tahun 2023 akan menjadi tahun terpanas dalam sejarah seiring dengan meluasnya badai, kekeringan, dan kebakaran hutan yang mematikan di seluruh dunia.
Menurut IEA, konsumsi bahan bakar fosil paling kotor meningkat sebesar 1,4 persen pada tahun 2023 mencapai rekor 8,5 miliar ton, karena peningkatan konsumsi di Tiongkok, India, dan Indonesia melebihi penurunan tajam permintaan di Eropa dan AS.
PLTS Berkembang
Diperkirakan akan terjadi tren penurunan permintaan batu bara di seluruh dunia, mulai tahun 2024, kata lembaga yang berbasis di Paris tersebut, seiring dengan terus berkembangnya pembangkit listrik terbarukan dari tenaga surya (PLTS) dan angin.
Dikatakan konsumsi di Tiongkok saja tumbuh sebesar 220 juta ton atau 4,9 persen pada tahun 2023, sementara di India tumbuh delapan persen dan di Indonesia sebesar 11 persen.
Di negara lain, konsumsi turun sebesar 107 juta ton atau 23 persen di Eropa, sementara di Amerika Serikat terjadi penurunan sebesar 95 juta ton atau sebesar 21 persen, yang sebagian besar disebabkan oleh melemahnya aktivitas industri dan peralihan dari pembangkit listrik tenaga batu bara ke energi terbarukan.
IEA mengatakan sulit memperkirakan permintaan di Russia, yang saat ini merupakan konsumen batu bara terbesar keempat, karena konflik yang sedang berlangsung di Ukraina.
Redaktur: Marcellus Widiarto
Penulis: Selocahyo Basoeki Utomo S
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Kemenag: Kuota 1.838 Jemaah Haji Khusus Belum Terisi
- 2 Kabupaten Meranti mulai laksanakan Program Makan Bergizi Gratis
- 3 Klasemen Liga 1 Setelah Laga-laga Terakhir Putaran ke-23
- 4 Pram-Rano Akan Disambut dengan Nuansa Betawi oleh Pemprov DKI
- 5 Dirut BPJS: Syarat Kepesertaan JKN Bukan untuk Mempersulit Jemaah Haji