Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Pengelolaan Sampah

Foto : ANTARA FOTO/Moch Asim/foc

Pekerja beraktivitas di sekitar instalasi Pengolahan Sampah menjadi Energi Listrik (PSEL) di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Benowo, Surabaya, Jawa Timur, Kamis (6/5/2021). PSEL yang baru diresmikan oleh Presiden Joko Widodo tersebut merupakan hasil kerja sama antara Pemkot Surabaya dengan PT Sumber Organik yang menghasilkan energi listrik 11 megawatt dengan rincian 2 megawatt melalui metode Landfill Gas Power Plant dan 9 megawatt dari Gassification Power Plant.

A   A   A   Pengaturan Font

Pengelolaan sampah yang buruk bisa menyebabkan bencana ekologis dan kemanusiaan seperti longsornya Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah, Cimahi, Jawa Barat, 2005 lalu. Kejadian yang akhirnya diperingati sebagai Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) setiap 21 Februari tersebut meluluhlantakkan Kampung Pojok dan Kampung Cilimus yang menewaskan sedikitnya 157 jiwa.

Tumpukan sampah yang sudah menjadi gunung sampah sepanjang 200 meter dengan tinggi 60 meter tersebut goyah karena diguyur hujan deras semalam suntuk. Konsentrasi gas metan dari dalam tumpukan sampah juga menjadi pemicu. Hal itu diduga menjadi penyebab terjadinya ledakan TPA bagi warga Bandung Raya (Kota Bandung, Kabupaten Bandung, dan Kota Cimahi) saat itu.

Setelah peristiwa tersebut, kawasan Bandung Raya yang saat itu berpenduduk sekitar tujuh juta jiwa praktis tidak mempunyai TPA. Bisa dibayangkan, bagaimana suasana Kota Bandung sebagai daerah penghasil sampah terbesar yang dibuang di TPA Leuwigajah. Bandung yang dikenal dengan semangatnya, Bandung Lautan Api, berubah menjadi Bandung lautan sampah.

Tentu kita tidak mau peristiwa Leuwigajah terulang lagi. Caranya, jumlah sampah yang dihasilkan dari rumah tangga maupun industri lambat laun harus berkurang dan sampah tersebut juga harus dimanfaatkan untuk kehidupan.

Data yang ada di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebutkan pada 2020 total produksi sampah nasional mencapai 67,8 juta ton. Artinya, ada sekitar 185.753 ton sampah setiap hari yang dihasilkan 270 juta penduduk Indonesia. Dengan kata lain, setiap penduduk memproduksi 0,68 kg sampah per hari.

Angka tersebut bukan angka yang kecil. Tanpa kesadaran semua warga untuk menerapkan 3R (reduce, reuse, dan recycle), masalah sampah akan menjadi bencana besar di kemudian hari.

Gebrakan Kota Surabaya dalam menerapkan 3R patut diapresiasi. Di 2001, sampah warga Surabaya yang masuk ke TPA Benowo sekitar 1.600 ton per hari. Berkat kerja keras seluruh warga, sampah yang masuk saat ini bisa berkurang hingga 20 persen.

Namun mengurangi sampah saja tidak cukup, manajemen pengelolaan sampah harus efektif. Bekerja sama dengan swasta, dari sampah yang ada di TPA Benowo, Pemerintah Kota Surabaya kini bisa menghasilkan energi listrik 11 megawatt (MW), 2 MW melalui metode Landfill Gas Power Plant dan 9 MW dari Gasification Power Plant.

Gerak cepat Surabaya menangani sampah patut ditiru daerah lain. Presiden Joko Widodo saat peresmian Pengelolaan Sampah menjadi Energi Listrik (PSEL) Benowo belum lama ini memerintahkan daerah lain untuk meniru Surabaya. Selain Surabaya, pemerintah sudah menetapkan 11 daerah lain melakukan inovasi pengelolaan sampah.

Memang PSEL bukan semata-mata memproses sampah menjadi energi listrik, tapi ini menyangkut pengelolaan sampah yang baik. PSEL merupakan program investasi jangka panjang. Tujuan utamanya jelas mengurangi sampah secara signifikan dan memanfaatkannya demi terciptanya kualitas hidup yang lebih baik. Harusnya ada titik temu pola pikir pemeritah kota dan PLN, yaitu bagaimana bisa mengurangi sampah secara signifikan daripada sekadar menjual dan membeli energi listrik yang dihasilkan dari sampah.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : M. Selamet Susanto

Komentar

Komentar
()

Top