Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Penelitian Ungkap Kurang Tidur Nyenyak Tingkatkan Risiko Demensia pada Lansia

Foto : Istimewa

Ilustrasi

A   A   A   Pengaturan Font

Kurang tidur tidak hanya menimbulkan rasa lelah dan gelisah, tetapi juga dapat memicu beberapa masalah kesehatan kronis, termasuk diabetes, penyakit jantung, dan depresi. Menurut sebuah penelitian, lansia yang kurang tidur nyenyak berisiko lebih tinggi terkena demensia.

Tidur nyenyak atau tidur gelombang lambat adalah tahap yang penting untuk memperbaiki dan memulihkan fungsi tubuh. Seseorang biasanya mengalami tidur nyenyak dalam waktu satu jam setelah tertidur, dan durasinya cenderung berkurang seiring berjalannya malam.

Menurut sebuah studi terbaru yang diterbitkan dalam Jama Network mengungkapkan bahwa bagi orang yang berusia di atas 60 tahun, kurang tidur nyenyak 1 persen dalam setahun dapat meningkatkan risiko demensia sebesar 27 persen.

"Tidur gelombang lambat, atau tidur nyenyak, mendukung otak yang menua dengan berbagai cara, dan kita tahu bahwa tidur meningkatkan pembersihan sisa metabolisme dari otak, termasuk memfasilitasi pembersihan protein yang terkumpul pada penyakit Alzheimer," kata pemimpin penelitian Matthew Pase, seorang profesor di Monash School of Psychological Sciences, dikutip dari Medical Daily, Rabu (1/11).

"Namun, sampai saat ini, kami tidak yakin akan peran tidur gelombang lambat dalam perkembangan demensia. Temuan kami menunjukkan bahwa kehilangan tidur gelombang lambat mungkin merupakan faktor risiko demensia yang dapat dimodifikasi," tambah Pase.
Halaman Selanjutnya....


Editor : Fiter Bagus
Penulis : Rivaldi Dani Rahmadi

Komentar

Komentar
()

Top