Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Peneliti Kembangkan Pil dengan Sensor untuk Mengatasi Gangguan Usus

Foto : Istimewa

Pil pintar yang dapat dicerna untuk pemantauan saluran GI nirkabel yang dapat digunakan untuk mengobati atau mendiagnosis gangguan pencernaan.

A   A   A   Pengaturan Font

WASHINGTON DC -Para peneliti di California Institute of Technology (Caltech) dan Institut Teknologi Massachusetts, baru-baru ini telah mengembangkan pil dengan sensor yang dapat dicerna.

Hasil studi yang diterbitkan pada Senin (13/), di jurnal Nature Electronic ini,dapat dipantau saat bergerak melalui saluran pencernaan dan telah diuji pada usus babi.

Dilansir oleh France 24, pil dapat untuk meredakan sembelit, atau mendiagnosis gangguan pencernaan.

"Ini adalah bidang yang sangat berkembang pesat," kata Saransh Sharma, mahasiswa doktoral Caltech yang terlibat dalam pengembangan sensor diagnostik yang dapat dicerna.

"Anda memiliki robot medis yang sangat kecil sehingga Anda dapat mengirimkannya ke dalam tubuh seseorang menggunakan saluran oral dan mereka dapat melakukan banyak penginderaan dan aktuasi di dalam usus," kata Sharma kepada AFP.

Sekitar 16 dari setiap 100 orang dewasa di Amerika Serikat menderita gejala sembelit, menurut otoritas kesehatan AS, dan jumlahnya dua kali lipat untuk orang Amerika yang berusia di atas 60 tahun.

Para peneliti di Massachusetts Institute of Technology (MIT) dan Caltech telah mengembangkan sensor yang dapat ditelan yang dapat dipantau saat bergerak melalui saluran pencernaan.

Perangkat, dengan panjang 20 milimeter dan diameter delapan mm, dapat membantu dokter mendiagnosis gangguan motilitas gastrointestinal yang mencegah makanan bergerak secara normal melalui saluran pencernaan.

Lokasi kapsul mengungkapkan di mana pelambatan terjadi. "Itu memberi dokter banyak informasi penting untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik dalam penyembuhan dan diagnosis serta rencana perawatan," kata Sharma.

Sensor juga bisa memberikan alternatif untuk prosedur invasif seperti endoskopi atau teknik diagnostik lainnya seperti pencitraan nuklir, sinar-X atau kateter.

Ini telah diuji pada babi dan tim di belakang penelitian berharap pada akhirnya mendapatkan persetujuan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (Food and Drug Administration/FDA) untuk uji klinis pada manusia.

"Jika kita dapat mendemonstrasikan perangkat di dalam hewan besar seperti babi dengan tingkat kepercayaan yang sangat tinggi, kita dapat mengatakan bahwa alat itu akan berskala sangat baik dalam anatomi manusia juga," kata Sharma.

Mereka mengatakan, sensor tersebut bekerja dengan cara mendeteksi medan magnet yang dihasilkan oleh kumparan elektromagnetik yang terletak di luar tubuh.

Kekuatan medan magnet bervariasi dengan jarak dari koil dan posisi sensor dalam saluran pencernaan dapat dihitung dalam milimeter berdasarkan pengukuran medan magnet.

Sementara sensor yang dapat dicerna masih dalam tahap pengembangan, sebuah perusahaan Israel bernama Vibrant Gastro, baru-baru ini mulai memasarkan kapsul getar di AS yang dirancang untuk meredakan sembelit kronis.

Kapsul tersebut untuk penderita sembelit yang belum mendapatkan bantuan buang air besar setelah sebulan menjalani perawatan pencahar, dan telah disetujui FDA.

Dalam uji klinis fase 3 terhadap 300 orang, peserta yang menggunakan vibrant mengalami buang air besar secara signifikan lebih sering daripada mereka yang menggunakan plasebo.

"Kapsul vibrant menghasilkan getaran lembut untuk merangsang usus besar dan meningkatkan jumlah dan frekuensi buang air besar," kata produsennya.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top