Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2024 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Kamis, 24 Feb 2022, 23:52 WIB

Peneliti Australia: Pemanasan Global Percepat Siklus Air Dunia

Temuan baru menunjukkan antara 2-4 kali lebih banyak air tawar telah bergerak daripada yang diantisipasi model iklim.

Foto: AFP

SYDNEY - Meningkatnya suhu mempercepat siklus air dunia dan memicu bencana alam seperti kekeringan dan banjir, menurut laporan baru yang dipimpin peneliti Australia. Temuan ini melukiskan gambaran perubahan lebih besar yang terjadi dalam siklus air global.

Demikian laporan yang diterbitkan dalam jurnal Nature dan dirilis ke publik pada Kamis (24/2). Demikian Dr Taimoor Sohail, penulis utama dan ahli matematika dari University of New South Wales, dalam laporannya seperti dikutip dari Straitstimes.

Laporan dalam jurnal itu mengatakan suhu yang lebih panas mempercepat siklus air tawar yang konstan antara awan, daratan, dan lautan. Itu mengarah ke kondisi cuaca yang lebih ekstrem dengan daerah yang lebih basah di dunia menjadi semakin basah dan daerah yang kering menjadi semakin kering.

Sebelumnya, perubahan siklus sulit diamati secara langsung, karena sekitar 80 persen curah hujan dan penguapan global terjadi di atas lautan.

Dr Sohail mengatakan timnya malah menganalisis data historis dari tahun 1970 hingga 2014 untuk memantau perubahan pola garam di lautan, untuk memperkirakan berapa banyak air tawar laut telah berpindah dari khatulistiwa ke kutub selama waktu itu.

Temuan baru mereka menunjukkan bahwa antara dua hingga empat kali lebih banyak air tawar telah bergerak daripada yang diantisipasi model iklim.

Para peneliti percaya jumlah air tawar yang diangkut dari khatulistiwa ke kutub selama tahun-tahun itu telah melampaui prediksi hingga 77.000 kilometer kubik.

"Kami sudah tahu bahwa siklus air global semakin intensif," kata Dr Sohail. "Kami hanya tidak tahu berapa banyak," imbuh dia.

Dr Jan Zika, rekan penulis laporan dan profesor di Fakultas Matematika dan Statistik di University of New South Wales, mengatakan penguapan di daerah yang lebih hangat menghilangkan air tawar dari lautan, membuat badan air itu lebih asin.

Sebaliknya, Dr Zika mengatakan "siklus air membawa air tawar itu ke daerah yang lebih dingin di mana ia turun sebagai hujan, menipiskan lautan dan membuatnya kurang asin".

Dr Sohail mengatakan "Perubahan pada siklus air dapat berdampak kritis pada infrastruktur, pertanian, dan keanekaragaman hayati. Oleh karena itu, penting untuk memahami bagaimana perubahan iklim memengaruhi siklus air sekarang dan di masa depan.

"Menetapkan perubahan dalam transportasi air tawar hangat ke dingin berarti kita dapat bergerak maju dan terus membuat proyeksi penting tentang bagaimana perubahan iklim kemungkinan akan berdampak pada siklus air global kita."

Redaktur: Marcellus Widiarto

Penulis: Selocahyo Basoeki Utomo S

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.