
Pendidikan Karakter Perlu Jadi Mapel Khusus
Anggota Komisi X DPR RI, Ledia Hanifa
Foto: Tangkapan layar Muhamad MarupJAKARTA - Anggota Komisi X DPR RI, Ledia Hanifa, menilai, pendidikan karakter perlu jadi mata pelajaran (Mapel) khusus agar dapat terus disampaikan secara berkelanjutan. Menurutnya, hal tersebut bisa dilakukan dengan metode Hidden Curriculum.
"Menurut saya sebenarnya pendidikan karakter itu harus masuk mungkin bisa disebutnya hidden curriculum. Enggak tertulis tapi harus ada hidden curriculum," ujar Ledia, dalam siaran TVR Parlemen, Kamis (12/5).
Dia menjelaskan, berdasarkan data Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) mencatat sejak Juli hingga September 2024 kasus kekerasan di satuan pendidikan terus mengalami kenaikan. Menurutnya, setiap sekolah harus mengedepankan pendidikan karakter sebagai panduan peserta didik dalam bersikap dan berperilaku sehari-hari.
- Baca Juga: Kelahiran Orang Utan di Bandung Zoo
- Baca Juga: Cuaca Akhir Pekan, Kota-kota Besar Umumnya Diguyur Hujan
"Jadi dia terus-menerus membuat mereka membentuk karakter yang lebih baik. Jadi bukan cuma sekadar ilmu karakter enggak gitu harus masuk ke dalam jiwa anak-anak terinternalisasi dan terpraktikan," jelasnya.
Peran Keluarga
Ledia mengungkapkan, penanganan aksi perundungan di sekolah memerlukan peran aktif tidak hanya guru. Menurutnya, keluarga terutama orang tua berperan penting dalam penanganan aksi perundungan.
Dia mengusulkan tiap sekolah membuat program pelatihan pengasuhan untuk orang tua. Sehingga semua memiliki pengetahuan yang cukup dalam mengantisipasi aksi perundungan di kalangan anak-anak
"Jadi tadi beberapa yang diusulkan oleh kami satu komite sekolah itu membuat program pengasuhan pelatihan untuk orang tua terkait dengan pengasuhan. Karena kan enggak ada sekolahnya jadi orang tua maka perlu ada ilmu-ilmu yang selalu berkembang ya," katanya.
Ledia menerangkan, selain akibat menonton konten-konten yang ada di internet, aksi perundungan sering berasal dari lingkungan atau orang-orang sekitar. Menurutnya, hal tersebut berkaitan juga dengan pola pengasuhan.
"Kita kan kemudian tanya telusur sebabnya apa ternyata sebabnya adalah dari internet. Nah ini juga jadi bagian yang sangat penting tampaknya tidak ada program tentang pengasuhan yang harusnya dimunculkan," terangnya.
Ledia juga menyebut perlu ada penguatan peran Guru bimbingan konseling atau BK untuk mencegah aksi perundungan di sekolah. Menurutnya, guru BK bahkan harus tersedia di jenjang SD.
"Kalau di tingkat Sekolah Dasar ada Guru bimbingan konseling setidaknya antisipasi itu bisa menjadi jalan lebih baik," tuturnya.
Dia juga menyebut korban kekerasan mesti mendapat perlindungan khusus. Di sisi lain, menurutnya penyelesaian kasus perundungan tidak harus selalu diserahkan pada aparat penegak hukum.
"Pihak sekolah dan orang tua perlu mengedepankan mediasi dalam menyelesaikan masalah perundungan," ucapnya.
Berita Trending
- 1 Ditlantas Polda Babel awasi pergerakan kendaraan lintas kabupaten
- 2 Andreeva Kejutkan Iga Swiatek dan Lolos ke Semifinal Dubai Open
- 3 Jangan Beri Ampun Pelaku Penyimpangan Impor. Itu Merugikan Negara. Harus Ditindak!
- 4 Dibalut Budaya Tionghoa, Ini Sinopsis Film Pernikahan Arwah (The Butterfly House)
- 5 Realisasi Anggaran Bekasi Baru 20 Persen
Berita Terkini
-
Final Futsal Series dan NCFS Dorong Masa Depan Futsal Indonesia
-
All Sedayu Hotel Hadirkan "1001 Nights of Ramadan Sedayu" dengan Menu Iftar dari Penjuru Dunia
-
Bank Mandiri Masuk Daftar Perusahaan Terbaik di Asia Pasifik 2025 Versi TIME
-
18 Tahun Setelah Film Pertama, Will Smith Pastikan I Am Legend 2 Dibuat
-
Kemenag Pastikan Seluruh Kuota Haji Khusus Tahun Ini Sudah Terisi