Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Penguatan Riset

Pendanaan Inovasi Membengkak Selama Pandemi Virus Korona

Foto : ISTIMEWA

AMBIL SAMPEL “SWAB” COVID-19 I Petugas kesehatan mengambil sampel swab Covid-19 dari seorang warga muda di Chengdu, Tiongkok, baru-baru ini.

A   A   A   Pengaturan Font

JENEWA -Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), pada Kamis (29/9), mengatakan pendanaan untuk inovasi membengkak selama pandemi Covid-19, dengan pertumbuhan yang signifikan di negara-negara berkembang, memperingatkan bahwa gejolak geopolitik saat ini mengancam kemajuan.

Dalam sebuah laporan terbaru, Organisasi Kekayaan Intelektual Dunia (WIPO) PBB, seperti dilansir Straight Times,menemukan pengeluaran penelitian dan pengembangan dan investasi lain yang mendorong kegiatan inovatif terus meningkat pesat tahun lalu meskipun pandemi masih berlangsung.

"Ini bertentangan dengan apa yang kami harapkan," kata Kepala WIPO, Daren Tang, kepada wartawan, menunjukkan bahwa selama penurunan sebelumnya, pengeluaran inovasi anjlok.

Tetapi, krisis kesehatan global memicu peningkatan pengeluaran inovasi di "area yang sama sekali baru", dan di wilayah yang biasanya tidak menerima bagian besar dari investasi semacam itu.

Penelitian Bioteknologi

Investasi penelitian dan pengembangan oleh pembelanja perusahaan teratas membengkak hampir 10 persen pada tahun 2021 menjadi lebih dari 900 miliar dollar AS, lebih tinggi dari sebelum pandemi dengan sebagian besar masuk ke bidang-bidang termasuk farmasi, bioteknologi, serta teknologi informasi, dan komunikasi.

"Sementara itu, kesepakatan modal ventura (VC) 'meledak' hampir 50 persen tahun lalu, mencatat tingkat yang sebanding dengan tahun-tahun booming internet di akhir 1990-an," kata WIPO.

Pertumbuhan terbesar terlihat di kawasan Amerika Latin, Karibia, dan Afrika. Tetapi, WIPO memperingatkan "prospek VC untuk tahun 2022 lebih tenang", dengan gejolak geopolitik berputar-putar di sekitar perang di Ukraina dan memburuknya krisis keamanan pangan dan energi tampaknya meredam pengeluaran.

WIPO mengingatkan produktivitas yang biasanya mengikuti peningkatan pendanaan kegiatan inovatif seperti tampaknya mengalami stagnasi. "Ekonomi inovasi global berada di persimpangan jalan tahun ini," kata Tang.

"Sementara investasi inovasi melonjak pada tahun 2020 dan 2021, prospek untuk tahun 2022 tidak hanya diliputi oleh ketidakpastian global, tetapi juga kinerja yang buruk dalam produktivitas yang didorong oleh inovasi," tuturnya.

Komentar itu muncul ketika badan PBB itu menerbitkan peringkat tahunan negara-negara paling inovatif di dunia, dengan Swiss menduduki peringkat teratas untuk 12 tahun berturut-turut.

Namun, Indeks Inovasi Global 2022 menunjukkan ekonomi inovasi yang telah lama terkonsentrasi di Amerika Utara dan Eropa Barat, secara bertahap terdiversifikasi.

Sepuluh besar masih menghitung hanya negara-negara Barat, dengan pengecualian Singapura di posisi ketujuh, dan menunjukkan peningkatan kinerja oleh Amerika Serikat, yang naik satu tempat ke tempat kedua, di depan Swedia dan Inggris.

Tetapi, Tiongkok dengan cepat mendekati, naik ke posisi 11 dari 12 tahun lalu, dan dari 34 satu dekade lalu. India dan Turki sama-sama naik peringkat secara signifikan, menjadikannya 40 besar untuk pertama kalinya.

Badan PBB itu juga menyoroti bagaimana sejumlah negara berkembang, termasuk Indonesia, Pakistan, Kenya, Brasil, dan Jamaika telah melakukan "di atas ekspektasi" pada indeks inovasi relatif terhadap tingkat perkembangan ekonomi mereka.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top