Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Transformasi Ekonomi

Penciptaan Ekosistem Investasi Hijau Dipacu

Foto : ANTARA/HO-SCG

Kegiatan ESG (Environmental Social Governance) SYMPOSIUM 2023

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Pemerintah Indonesia terus berupaya menciptakan ekosistem yang mendorong investasi untuk membiayai transisi menuju ekonomi hijau.

"Pembiayaan tujuan pembangunan berkelanjutan atau SDGs adalah platform yang dikelola oleh Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional) untuk mengembangkan pendanaan proyek-proyek SDGs melalui berbagai skema seperti KPBU, pembiayaan campuran, pembiayaan ekuitas, dan lain-lain," kata Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Kementerian PPN/ Bappenas Vivi Yulaswati dalam keterangan di Jakarta, Kamis (2/11).

Hal itu disampaikan dalam ESG (Environmental Social Governance) SYMPOSIUM 2023 yang merupakan lanjutan rangkaian Sustainable Development Symposium yang sebelumnya pernah dilaksanakan.

Vivi menambahkan, konsep ESG menjadi paradigma baru dalam penciptaan nilai dalam bisnis. Konsep ini dapat menawarkan pendekatan yang luas untuk mitigasi risiko dan penciptaan nilai.

"Berkembangnya peraturan dan standar yang mendorong adopsi ESG di sepanjang rantai nilai, mendorong kesadaran investor," katanya.

Tantangan Global

Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Laksmi Dhewanti menyampaikan, saat ini dunia tengah menghadapi triple planet challenges, yaitu perubahan iklim, kehilangan keanekaragaman hayati, dan pencemaran lingkungan.

Untuk itu, konsep ESG menjadi gamechanger yang dapat membantu menciptakan dunia yang lebih berkelanjutan, sehat, dan seimbang, serta memberikan insentif bagi perusahaan dan industri untuk lebih bertanggung jawab terhadap dampak lingkungan mereka.

"Kolaborasi dan kerja sama merupakan kunci keberhasilan dalam menghadapi tantangan perubahan iklim. Komitmen Indonesia, pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan merupakan modal dasar yang harus dibarengi dengan kerja keras dan kerja cerdas dalam melaksanakan aksi-aksi nyata mitigasi perubahan iklim di semua sektor." kata Laksmi.

President & CEO SCG, Roongrote Rangsiyopash, mengatakan, kawasan Asia Tenggara rentan terdampak krisis global karena tingginya populasi dan pesatnya kegiatan ekonomi.

Di Indonesia sendiri, isu nasional yang terjadi hari ini meliputi krisis polusi udara, kenaikan permukaan air laut, pengelolaan limbah, dan kesenjangan ekonomi.


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top