Penanganan Penyakit Menular Butuh Intervensi Internasional
Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin, dalam Peluncuran Peta Jalan Eliminasi Malaria & Pencegahan Penularan Kembali di Indonesia Tahun 2025-2045, yang diakses secara daring, Kamis (10/10).
Foto: Foto tangkapan layar Muhamad Ma'rupJAKARTA - Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin, menyampaikan penanganan penyakit menular butuh intervensi internasional. Menurutnya, penyakit menular identik dengan negara berkembang.
"Kita butuh pemimpin dari negara berkembang supaya bersuara mengenai kondisi ini," ujar Budi, dalam Peluncuran Peta Jalan Eliminasi Malaria & Pencegahan Penularan Kembali di Indonesia Tahun 2025-2045, yang diakses secara daring, kemarin.
Dia menjelaskan, kondisi berbeda terjadi ketika masa pandemi Covid-19 sebab negara maju juga terdampak sehingga penanganannya cepat. Menurutnya, kehadiran komunitas internasional bisa mendukung penanganan, salah satunya dari pembiayaan.
Budi menerangkan, kondisi di Indonesia untuk penyakit menular seperti TBC tiap tahunnya menular pada 1 juta orang dengan jumlah kasus meninggal sebanyak 134 ribu orang. Sedangkan HIV sebanyak 30 ribu orang dengan kasus meninggal sebanyak 26 ribu orang dan malaria 1,2 juta orang dengan kasus meninggal 100 orang.
"Jadi malaria tinggi, kematian rendah. HIV penularan relatif rendah, kematian tinggi. TBC penularan tinggi, kematian 134 ribu. 134 ribu kira-kira satu orang meninggal per menit," jelasnya.
Dia menyebut, penanganan penyakit menular membutuhkan surveilans atau pengetesan laboratorium yang baik. Indonesia saat ini memiliki metode rapid test dan PCR yang tersebar di puskesmas, termasuk pelatihan sumber daya manusianya.
"Kita beruntung karena waktu Covid-19 kita bisa membangun infrastrukturnya. Alat yang sama bisa digunakan untuk mendeteksi, sehingga kemampuan untuk mendeteksi sudah ada," katanya.
Budi melanjutkan, penanganan selanjutnya yaitu melalui obat dan vaksin. Menurutnya, tantangan dalam vaksinasi adalah terbatasnya jenis vaksin untuk penyakit menular seperti malaria. "Vaksinnya kalau bisa dipercepat. Selain vaksin, ada obat-obatan dan itu ketersediaannya cukup," ucapnya. ruf/S-2
Berita Trending
- 1 Indonesia Tunda Peluncuran Komitmen Iklim Terbaru di COP29 Azerbaijan
- 2 Penerima LPDP Harus Berkontribusi untuk Negeri
- 3 Ini yang Dilakukan Kemnaker untuk Mendukung Industri Musik
- 4 Ini Kata Pengamat Soal Wacana Terowongan Penghubung Trenggalek ke Tulungagung
- 5 Bayern Munich Siap Pertahankan Laju Tak Terkalahkan di Bundesliga