Faktor Domestik Nihil Jelang Libur Natal, Berikut Ini Sentimen IHSG Awal Pekan Ini
Foto: istimewaJAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan kembali melanjutkan tren positif, hari ini (23/12), dari penutupan akhir pekan lalu. Sentimen eksternal diperkirakan dominan mempengaruhi pergerakan IHSG awal pekan ini.
Head of Research Phintraco Sekuritas, Valdy Kurniawan melihat pasar mengantisipasi rilis data CB Consumer Confidence di Amerika Serikat (AS) untuk Desember 2024 yang diperkirakan naik ke level 113 dari level 111,7 di November 2024. Pasar juga mengantisipasi rilis data Durable Goods Orders di AS untuk November 2024, besok (24/12) yang diperkirakan turun 0,4 persen secara bulanan dari 0,2 persen MoM untuk Oktober 2024.
Dari regional, pasar mengantisipasi rilis data angka pengangguran dan penjualan ritel di Jepang pada November 2024. Valdy memproyeksikan IHSG dalam perdagangan, Senin (23/12), bergerak konsolidasi di kisaran level 6.950-7.050.
Sebelumnya, IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (20/12) sore, ditutup menguat di tengah pelemahan bursa saham kawasan Asia. IHSG ditutup menguat 6,62 poin atau 0,09 persen ke posisi 6.983,86. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 turun 1,40 poin atau 0,17 persen ke posisi 817,12.
“Bursa regional Asia cenderung bergerak mixed (variatif), di mana pasar merespons data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang memberikan indikasi perbaikan, yang dilatarbelakangi oleh data pertumbuhan ekonomi (GDP annualized qoq) yang naik dari sebelumnya 2,8 persen menjadi 3,1 persen,” sebut Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas dalam kajiannya di Jakarta.
Pada sisi lain, sinyal hawkish Bank Sentral AS The Fed yang mengisyaratkan pemangkasan suku bunga acuan hanya dua kali pada tahun depan masih menjadi perhatian pelaku pasar, dimana pasar memiliki pandangan bahwa ancaman inflasi masih membayangi.
The Fed mengisyaratkan akan melakukan lebih sedikit pemangkasan pada tahun 2025 karena inflasi yang tetap tinggi.
Sementara itu, pasar juga bereaksi terhadap kebijakan bank sentral Tiongkok, yaitu People’s Bank of Tiongkok (PBOC), yang mempertahankan suku bunga acuan pinjaman satu tahun (LPR) pada 3,1 persen dan suku bunga lima tahun, yang menjadi acuan untuk hipotek properti, tetap tidak berubah di level 3,6 persen.
Kebijakan ini merupakan upaya untuk memacu pemulihan ekonomi dan merangsang konsumsi, mengingat ekonomi Tiongkok masih belum menunjukkan perbaikan yang signifikan meskipun pemerintah terus meluncurkan berbagai stimulus.
Redaktur: Muchamad Ismail
Penulis: Antara, Muchamad Ismail
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Pemeintah Optimistis Jumlah Wisatawan Tahun Ini Melebihi 11,7 Juta Kunjungan
- 2 Dinilai Bisa Memacu Pertumbuhan Ekonomi, Pemerintah Harus Percepat Penambahan Kapasitas Pembangkit EBT
- 3 Permasalahan Pinjol Tak Kunjung Tuntas, Wakil Rakyat Ini Soroti Keseriusan Pemerintah
- 4 Sabtu, Harga Pangan Mayoritas Turun, Daging Sapi Rp131.990 per Kg
- 5 Dorong Sistem Pembayaran Inklusif, BI Hadirkan Tiga Layanan Baru BI-Fast mulai 21 Desember 2024
Berita Terkini
- Pemda Diimbau Waspadai Kenaikan Harga Komoditas Jelang Nataru
- Sejak Posko Dibuka, KAI Commuter Catatkan 4 Juta Pengguna Selama Empat Hari Angkutan Nataru 2024
- Kemensos Gerak Cepat Salurkan Bantuan Senilai Rp1,8 Miliar untuk Korban Banjir Makassar
- Raisa Andriana Liburan Akhir Tahun di Prambanan
- Tarik Minat Belanja