Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Polusi Udara

Pemprov DKI Targetkan Bebas Emisi Karbon pada 2050

Foto : ANTARA/Aditya Pradana Putra

Kabut polusi udara menyelimuti gedung-gedung di Jakarta.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menargetkan Jakarta bisa mencapai nol emisi karbon alias bebas gas rumah kaca pada tahun 2050 mendatang, salah satu langkahnya adalah membangun moda transportasi umum berbasis tenaga listrik.

"Sektor transportasi menghasilkan gas rumah kaca terbesar. Kota-kota besar di seluruh dunia saat ini menghadapi persoalan yang sama," kata Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, dalam acara "Jakarta E-Mobility Event" hari pertama yang merupakan rangkaian U20 Indonesia yang disiarkan Youtube Pemprov DKI Jakarta, Selasa (1/3).

Anies menegaskan, pihaknya berada di garis depan isu perubahan iklim dan kemacetan lalu lintas, karenanya Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 30 persen pada 2022 ini.

"Target kita adalah mencapai nol emisi pada tahun 2050. Jadi, Jakarta, memprakarsai, berkelanjutan, mobilitas, melalui sistem transportasi terintegrasi," ujarnya.

Menurut Anies, secara sederhana Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengubah kota Jakarta dari waktu ke waktu, dari kota yang macet dan dipenuhi polusi udara menjadi salah satu kota terkemuka dengan transportasi yang aman, nyaman, dan berkelanjutan.

Adapun, Pemerintah Pusat menargetkan Indonesia mencapai nol emisi karbon pada 2060 mendatang. Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, cara untuk mencapai target tersebut yakni dengan bekerja maksimal dengan menggunakan teknologi hijau.

Sehingga, produk yang dihasilkan adalah yang ramah lingkungan dan tentunya bisa mendukung capaian pengurangan emisi karbon.

Tingkat Kemacetan

Anies Baswedan menyebutkan, transformasi menjadi faktor kunci membaiknya tingkat kemacetan dan polusi Jakarta di antara kota-kota besar dunia selama lima tahun terakhir sejak 2017.

"Bayangkan dalam waktu lima tahun, kita turun dari posisi keempat kota termacet di dunia (2017), ketujuh (2018), ke-10 (2019), ke-31 (2021), dan 2021 kita di posisi 46 di dunia karena faktor-faktor itu," kata Anies.

Untuk faktor transformasi atau perubahan yang menyebabkan peringkat kemacetan Jakarta turun, Anies menyebutkan, transformasi itu melingkupi dua aspek, yakni pada transportasi publik dan rutinitas warga Ibu Kota.

Untuk transformasi transportasi publik, ujar Anies, adalah integrasi moda transportasi umum di Jakarta hingga perluasan rute yang dilakukan. "Contohnya, TransJakarta adalah BRT, kemudian rutenya diperluas dan juga dengan Mikrotrans," kata Anies.


Redaktur : Sriyono
Penulis : Yohanes Abimanyu

Komentar

Komentar
()

Top