Pemkab Pasaman Barat targetkan produksi jagung 223.236 ton pada 2025
Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Pasaman Barat Doddy San Ismail saat melakukan penanaman jagung bersama polres setempat dalam upaya meningkatkan produksi dan menjaga ketahanan pangan di daerah itu.
Foto: ANTARA/Altas MaulanaSimpang Empat, Sumbar, 07/1 - Pemerintah Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat, melalui Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura, menargetkan produksi jagung di daerahnya selama 2025 mencapai 223.236 ton di 11 kecamatan.
"Target produksi kita tingkatkan dibandingkan pada 2024 lalu yang realisasinya 212.993 ton," kata Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Pasaman Barat Doddy San Ismail di Simpang Empat, Sumbar, Selasa.
Untuk mencapai target produksi itu, katanya, pihaknya akan melakukan sejumlah upaya di antaranya pemberian bantuan sarana produksi pertanian berupa benih, pupuk, dan obat-obatan melalui dana APBN, bantuan pupuk bersubsidi, dan menambah luas tanam jagung
Lalu, memberdayakan penyuluh dengan memberikan sosialisasi mengenai tanaman jagung.
"Melalui penyuluh, petani selalu diingatkan jangan memakai benih yang harganya murah dan tidak jelas dari mana produksinya. Jika salah memilih benih maka tanaman jagung akan mudah terserang penyakit dan hasil sedikit," katanya.
Ia menyebutkan sentra produksi jagung terbesar berada di Kecamatan Luhak Nan Duo, disusul oleh Kecamatan Pasaman, dan Kecamatan Talamau.
Lalu, Kecamatan Ranah Batahan, Kecamatan Kinali, Kecamatan Koto Balingka, dan Kecamatan Sungai Beremas.
Selanjutnya, produksi jagung juga ada Kecamatan Sungai Aur, Kecamatan Lembah Melintang, Kecamatan Gunung Tuleh, dan Kecamatan Sasak Ranah Pasisia.
"Pada umumnya tanaman jagung cukup diminati oleh petani karena harganya relatif stabil," ujarnya.
Ia menjelaskan Pasaman Barat menjadi salah satu sentra penghasil jagung terbesar di Sumbar.
"Pernah menjadi penyumbang jagung terbesar mencapai 60 persen beberapa tahun yang lalu. Namun, karena berbagai persoalan produksi menurun," katanya.
Ia menambahkan penurunan produksi jagung tidak hanya disebabkan oleh peremajaan sawit saja.
Tingkat kesuburan tanah juga ikut memengaruhi, karena semakin sering ditanami oleh petani, maka akan semakin menurun pula kesuburannya.
"Semakin berkurangnya kesuburan tanah juga ikut mempengaruhi kepada produksi jagung," katanya.
Ia menambahkan tanaman jagung bisa menjadi tanaman alternatif para petani karena masa panen relatif singkat, bisa empat atau enam bulan dengan harga yang relatif bertahan.
Berita Trending
- 1 Semangat Awal Tahun 2025 by IDN Times: Bersama Menuju Indonesia yang Lebih Kuat dan Berdaya Saing
- 2 Mulai 23 Januari, Film '1 Kakak 7 Ponakan' Tayang di Bioskop
- 3 Harus Kerja Keras untuk Mewujudkan, Revisi Paket UU Politik Tantangan 100 Hari Prabowo
- 4 Sah Ini Penegasannya, Proyek Strategis Nasional di PIK 2 Hanya Terkait Pengembangan Ekowisata Tropical Coastland
- 5 Pemerintah Dorong Swasta untuk Bangun Pembangkit Listrik
Berita Terkini
- Coretax, Sistem Perpajakan Andal Namun Terhambat Masalah Klasik
- KiN Space Hadirkan Instalasi Interaktif 'Pola-pola Bejana' untuk Anak
- BPJS Ketenagakerjaan Apresiasi Menteri Kebudayaan Lindungi Pelaku Kebudayaan
- JYP Luncurkan Boygroup Baru Kickflip, 2 Anggotanya dari Jepang
- Film 1 Kakak 7 Ponakan Akan Tayang di Bioskop Mulai 23 Januari 2025