Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Isu Global

Pemimpin G20 Diimbau Fokus Bahas Krisis Kesehatan dan Perubahan Iklim

Foto : ANTARA/SANYA DINDA

T20 INDONESIA SUMMIT I Ekonom Senior Chatib Basri (kedua dari kiri) dalam sesi plenari T20 Indonesia Summit di Nusa Dua, Bali, Senin (5/9/).

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Para pemimpin negara-negara kelompok 20 atau G20 dalam pertemuan puncaknya di Bali pada 15 November 2022 mendatang diimbau untuk fokus membahas dan menyelesaikan masalah-masalah universal yang dihadapi seluruh negara.

Ekonom Senior, Chatib Basri, dalam sesi plenari T20 Indonesia Summit di Nusa Dua, Bali, Senin (5/9), mengatakan usulan agar fokus pada masalah universal karena ada beberapa isu yang mencuat seperti ketegangan geopolitik, kepentingan pribadi satu negara yang sempit dan berbagai isu lainnya.

Dua masalah utama yang dihadapi seluruh negara di dunia saat ini dan sangat perlu dibahas dalam pertemuan pemimpin negara-negara anggota G20, yakni krisis kesehatan yang mengemuka karena penyebaran Covid-19 dan perubahan iklim.

"Dalam isu iklim, kita dapat mendiskusikan tentang apa yang akan menjadi sumber pembiayaan dalam pembiayaan iklim, misalnya dapat didiskusikan terkait manajemen sumber daya dalam negeri, bantuan dan peran sektor swasta, ataupun peran dari lembaga filantropis," jelas Chatib.

Chatib yang pernah menjabat sebagai Menteri Keuangan dari Mei 2013 hingga Oktober 2014 itu mengatakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi perubahan iklim adalah melalui transisi energi dengan penggunaan stimulus hijau.

"Misalnya dengan mengurangi subsidi bahan bakar. Ini ada baiknya untuk mengurangi permintaan bahan bakar fosil dan uang subsidinya dapat digunakan untuk melindungi kelompok rentan," jelas Chatib seperti dikutip dari Antara.

Presidensi G20 Indonesia, lanjut dia, juga perlu digunakan sebagai forum untuk mendiskusikan bagaimana negara-negara di dunia bisa menerapkan exit strategy dari kebijakan penanganan Covid-19 tanpa mengganggu satu sama lain.

Pasalnya, saat ini negara-negara di dunia masih ingin memberikan bantuan kepada masyarakat rentan mereka di tengah peningkatan harga komoditas dunia, tetapi inflasi yang terlalu tinggi membuat setiap negara mesti menarik stimulus. "Jadi, kita bisa mengalibrasi ulang dan duduk bersama dan menggunakan G20 sebagai jalan untuk membahas berbagai isu utama di dunia ini," papar Chatib.

Tanggap Darurat

Pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Esther Sri Astuti, yang diminta pendapatnya secara terpisah mengatakan pandangan yang disampaikan Chatib Basri bisa jadi acuan dalam pertemuan tingkat tinggi nanti.

Esther mengatakan ada tiga hal yang perlu diperhatikan pemimpin negara-negara G20. Pertama, memperkuat arsitektur sektor kesehatan, lalu kedua, transformasi digital ekonomi, dan terakhir transisi sustainable energy.

Untuk memperkuat arsitektur sektor kesehatan ada tiga hal yang harus diperhatikan yakni sistem, governance (tata kelola), dan pembiayaan.

Selain itu juga harus dipikirkan bagaimana koordinasi pada situasi tanggap darurat (emergency) terkait proteksi masyarakat, kerja sama untuk bisa bertahan dari virus, akses penanggulangannya, dan perawatan medis. "Kalau kita bisa memperkuat arsitektur sistem kesehatan kita, ketika terjadi pandemi lagi di Indonesia, kita jauh lebih siap," jelas Esther.


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top