Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Insiden Penembakan

Pemimpin Dunia Kutuk Pembunuhan Mantan PM Jepang Shinzo Abe

Foto : ASAHI SHIMBUN/AFP

DIDUGA PENEMBAK MANTAN PM SHINZO ABE I Gambar yang diterima dari surat kabar Asahi Shimbun menunjukkan seorang pria (tengah, memakai kaus) yang diduga menembak mantan Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, diganjal oleh polisi di Stasiun Yamato Saidaiji di Kota Nara, Jepang, Jumat, 8 Juli 2022. Abe dinyatakan meninggal di rumah sakit setelah dia ditembak di sebuah acara kampanye di Kota Nara.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Para pemimpin dunia mengutuk pembunuhan terhadap mantan Perdana Menteri (PM) Jepang, Shinzo Abe saat berkampanye untuk pemilihan parlemen di wilayah bagian barat Kota Nara, Jumat (8/7).

Insiden penembakan terhadap Abe merupakan kasus pembunuhan pertama terhadap seorang pejabat atau mantan PM Jepang sejak zaman militerisme sebelum perang di tahun 1930-an.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) melalui laman Instagram memasang fotonya saat bersalaman dengan Abe dan menyatakan dukacita yang dalam atas peristiwa yang merenggut nyawa Abe.

"Izinkan saya, untuk menyampaikan belasungkawa terdalam kami atas kematian tragis mantan PM Jepang, Shinzo Abe. Kami akan selalu mengingat kontribusinya dalam memperkuat kerja sama Indonesia dengan Jepang," kata Jokowi.

Selain Jokowi, Perdana Menteri Inggris yang telah mengundurkan diri, Boris Johnson, memuji peran kepemimpinan Abe. Inggris, jelasnya, mendukung Jepang pada saat yang gelap dan menyedihkan itu. "Berita yang sangat menyedihkan tentang Shinzo Abe. Kepemimpinan globalnya melalui masa-masa yang sulit akan dikenang oleh banyak orang," cuit Johnson.

Presiden Russia, Vladimir Putin, menyebut kematian itu sebagai kehilangan yang tak tergantikan. Dalam Telegram kepada keluarga Abe, Putin menyebut Abe sebagai negarawan luar biasa, yang telah melakukan banyak hal untuk mengembangkan hubungan bertetangga yang baik.

Presiden Prancis, Emmanuel Macron, dalam ungkapan dukanya mengatakan Jepang telah kehilangan perdana menteri yang hebat.

"Abe telah mempersembahkan hidupnya untuk negaranya dan bekerja untuk stabilitas di dunia," cuit Macron.

Sementara itu, Amerika Serikat (AS) melalui Menteri Luar Negeri, Antony Blinken, menyatakan sangat berduka atas terbunuhnya mantan perdana menteri yang merupakan pemimpin visioner dan telah meningkatkan hubungan antara kedua sekutu.

Kanselir Jerman, Olaf Scholz, mengaku terkejut dan menyampaikan solidaritas pada Jepang atas pembunuhan itu. "Serangan mematikan terhadap Shinzo Abe telah membuat saya terperanjat dan sangat sedih," cuit Scholz.

Menyimpan Dendam

Sementara itu, petugas polisi senior di wilayah barat Nara, tempat penembakan terjadi, menyebut tersangka sebagai Tetsuya Yamagami, 41 tahun, yang menganggur, yang mengatakan dia menggunakan senjata rakitan.

Yamagami mengaku menargetkan politisi tersebut dan mengatakan dia menyimpan dendam terhadap organisasi yang dia yakini terkait dengan Abe, kata polisi, Jumat (8/7).

"Itu pernyataan tersangka, dan kami telah menentukan bahwa (pistol) itu jelas-jelas buatan tangan, meskipun analisis kami saat ini sedang berlangsung," kata seorang petugas kepada wartawan.

Polisi menolak untuk memberikan rincian "organisasi tertentu" yang disebutkan oleh tersangka, mengatakan penyelidikan sedang berlangsung, tetapi beberapa media Jepang menggambarkannya sebagai kelompok agama.

Yamagami digambarkan di tempat kejadian memegang benda hitam berbentuk kotak besar.

Petugas dengan alat pelindung mulai menggeledah rumah tersangka setelah jam 5 sore dan menyita "beberapa barang mirip senjata buatan tangan".

Tersangka, yang berbicara kepada polisi dengan "cara yang sebenarnya", mengatakan kepada petugas bahwa dia telah bekerja untuk Pasukan Bela Diri Maritim - Angkatan Laut Jepang - selama tiga tahun dari tahun 2002, tetapi rincian ini juga sedang diselidiki.

Yamagami juga mengatakan kepada polisi bahwa dia telah mengetahui tentang kunjungan Abe secara online, kata petugas.


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini, AFP, Selocahyo Basoeki Utomo S, Eko S

Komentar

Komentar
()

Top