Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kecerdasan Buatan I DPR Perlu Bahas Persoalan Dampak Kemajuan Iptek

Pemerintah Harus Waspadai Perkembangan AI

Foto : LEONARDO MUNOZ/AFP

RISIKO KEHILANGAN KENDALI ATAS AI I Wakil Perdana Menteri Inggris, Oliver Dowden berpidato di sidang Majelis Umum PBB ke-78 di New York, AS, Jumat (22/9) waktu setempat. Dalam pidatonya Dowden memperingatkan kepada para pemimpin dunia bahwa manusia bisa kehilangan kendali atas mesin kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).

A   A   A   Pengaturan Font

Ahli Teknologi Informasi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Widyawan, mengatakan memang sangat penting bagi para pemimpin dunia untuk rutin bertemu khusus membahas perkembangan AI. Sebab, pada dasarnya teknologi AI berbeda dengan teknologi lain sehingga tidak bisa diserahkan pada pasar bebas.

"Kuncinya para pemimpin dunia harus memahami teknologi AI. Karena mirip otak kita, pemrosesan data di dalam machine learning itu sesungguhnya memang black box, tidak sepenuhnya akan bisa kita fahami, sehingga tidak bisa diserahkan begitu saja kepada pasar demi kepentingan komersial semata," kata Widyawan.

Sebelumnya, Wakil Perdana Menteri Inggris, Oliver Dowden, dalam pidatonya di Majelis Umum PBB memperingatkan kepada para pemimpin dunia bahwa manusia bisa kehilangan kendali atas mesin kecerdasan buatan.

Dikutip dari Flipboard, ia menjelaskan KTT Inggris mengenai AI akan membahas perlindungan "masa depan umat manusia" dengan melawan risiko "kehilangan kendali atas mesin", yang menguraikan peluang dan bahaya AI.

Dowden mengatakan tingkat kemajuan harian yang dicapai teknologi ini mengharuskan negara-negara untuk bertemu secara rutin. "Untuk membahas pagar pembatas yang diperlukan," ujar Dowden, yang memaparkan prospek masa depan suram jika pengembangan AI tidak terkendali.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini, Selocahyo Basoeki Utomo S, Eko S

Komentar

Komentar
()

Top