Pemerintah Diminta Mengoptimalkan Diversifikasi Pangan
Berly Martawardaya Ekonom Senior Indef - Tidak semua daerah di Indonesia cocok untuk ditanami beras. Oleh sebab itu, sumber pangan lokal selain beras perlu dikembangkan secara optimal.
Foto: antaraJAKARTA– Pemerintah diminta mengoptimalkan diversifikasi pangan seiring dengan upaya mewujudkan swasembada dalam rangka mendukung ketahanan dan kedaulatan pangan dalam negeri.
Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Berly Martawardaya, mengatakan Indonesia pada tahun lalu mengimpor 3,06 juta ton beras, naik tertinggi dalam lima tahun terakhir.
“Mungkin pertanyaannya apakah harus beras? Jadi, dari demand side bagaimana upaya untuk melakukan diversifikasi, karena memang daerah Indonesia yang cocok untuk beras tidak terlalu banyak, Jawa, sebagian Sumatera, dan mungkin sebagian Sulawesi,” kata Berly, di Jakarta, Selasa (3/12).
Berly saat mengikuti acara Sarasehan 100 Ekonom Indonesia dengan tema “Estafet Kepemimpinan Baru Menuju Akselerasi Ekonomi” menuturkan kalau tidak semua daerah di Indonesia cocok untuk ditanami beras. Oleh sebab itu, sumber pangan lokal selain beras perlu dikembangkan secara optimal untuk dikonsumsi masyarakat.
“Untuk Indonesia timur lahannya tidak terlalu cocok, sehingga kalau didorong atau ingin tumbuh beras di sana, investasinya besar sekali dan mahal, dan kalaupun rakyat sana sudah terbiasa makan beras, jadinya biaya transportasi juga mahal,” katanya.
Menurut dia, ada beragam sumber pangan lokal selain beras yang bisa menjadi pilihan untuk diversifikasi pangan bagi masyarakat Indonesia sehingga pada gilirannya dapat mengurangi ketergantungan impor beras.
“Kenapa tidak kita dorong ubi, singkong, kemudian talas, sagu yang juga makanan lokal, tapi mungkin dengan sentuhan chef-chef ahli-ahli kuliner baru, sehingga menjadi laku di anak muda. Jadi, anak muda tidak harus makan beras, yang untuk Indonesia timur itu mahal dan sulit untuk ditanam dan dibawa,” tuturnya.
Hilirisasi Pertanian
Dalam kesempatan yang sama, ekonom senior Bayu Krishnamurti mendorong Pemerintah untuk melakukan optimalisasi hilirisasi pertanian dan pangan guna mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia.
“Salah satu yang paling penting dan punya dampak mungkin paling besar adalah hilirisasi pangan dan pertanian,” kata Bayu.
Menurut Bayu, hilirisasi pangan dan pertanian mensyaratkan dua hal, yaitu dukungan dan peran swasta, dan huluisasi atau pertanian yang sesuai dengan karakter dari aktivitas hilir atau aktivitas industrial.
“Yang pertama adalah swasta yang akan berperan. Oleh sebab itu, akan dibutuhkan investasi dan kemudian tentunya efektivitas dari investasi itu dimana kita harapkan kelembagaan maupun infrastruktur mendukung sedemikian sehingga kalau pakai istilah ekonominya, i-core-nya untuk industri pangan itu bisa kondusif untuk mendorong hilirisasi,” jelas Bayu.
Selain itu, konsistensi mutu dan jumlah harus terjaga dan didukung biaya logistik yang harus relatif bersaing.
“Hilirisasi butuh huluisasi. Karena pertaniannya harus juga disesuaikan dengan karakter dari aktivitas hilir itu, aktivitas industrial. Konsistensi mutu, konsistensi jumlah, biaya logistik yang harus bersaing,” pungkasnya.
Redaktur: Vitto Budi
Penulis: Eko S, Erik, Fredrikus Wolgabrink Sabini, Selocahyo Basoeki Utomo S
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Ini Solusi Ampuh untuk Atasi Kulit Gatal Eksim yang Sering Kambuh
- 2 Perluas Pasar, Produk Halal RI Unjuk Gigi di Istanbul
- 3 Jangan Masukkan Mi Instan dalam Program Makan Siang Gratis
- 4 Perkuat Implementasi ESG, Bank BJB Dorong Pertumbuhan Bisnis Berkelanjutan
- 5 Hargai yuk Berbagai Potensi Sekitar Kita