Kawal Pemilu Nasional Mondial Polkam Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Otomotif Rona Telko Properti The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis Liputan Khusus
Konservasi Energi

Pemerintah Diminta Lebih Serius Wujudkan "Net Zero Emission"

Foto : ISTIMEWA

MAMIT SETIAWAN Direktur Eksekutif Energy Watch - PLN harus mempunyai rencana bagaimana mereka mulai beralih dari energi fosil ke energi ramah lingkungan sebagai sumber energi primer.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Pemerintah diminta lebih serius melakukan upaya untuk mencapai karbon netral atau net zero emission yang ditargetkan terealisasi pada 2060 mendatang. Keseriusan itu semestinya diwujudkan dalam bentuk lebih gencar menyosialisasikan penggunaan energi baru terbarukan (EBT) dan mengonversi pembangkit listrik berbahan bakar fosil seperti baru ke energi hijau.

Pengamat Energi dari Universitas Brawijaya Malang, Suprapto, mengatakan selain pemerintah, masyarakat juga harus sadar akan masa depannya karena EBT adalah keniscayaan. Apalagi, tarif dasar listrik (TDL) tidak mungkin turun, malah cenderung selalu naik. Maka, salah satu sumber EBT yang mudah didapat adalah dengan memanfaatkan sinar matahari.

"Sinar matahari sangat melimpah sehingga bisa menjadi sumber energi yang bersih dan murah. Memang harga panel surya bagi kelompok masyarakat tertentu belum terjangkau, tetapi seiring dengan pemakaian yang lebih meluas dan dukungan insentif, tentu suatu saat lebih mudah," kata Suprapto.

Dalam kesempatan terpisah, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana, mengatakan pemerintah akan mengambil manfaat dari arah pengembangan energi yang semakin hijau.

"Kementerian ESDM sudah menyusun Grand Strategi Energi Nasional dengan tujuan mewujudkan bauran energi nasional dengan prinsip keadilan, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan sehingga tercapai ketahanan, kemandirian, dan kedaulatan energi," kata Dadan.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini, Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top