Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Sabtu, 11 Jun 2022, 00:00 WIB

Pemerintah Antisipasi Krisis Pangan akibat Perang

SUSIWIJONO Sekretaris Kemenko Bidang Perekonomian - Sepertinya konflik Russia-Ukraina ini masih cukup panjang. Berbagai upaya sudah ditempuh, namun sepertinya belum bisa selesai dalam jangka pendek.

Foto: ISTIMEWA

JAKARTA - Sekretaris Kementerian Koordinator bidang Perekonomian, Susiwijono, memprediksi konflik Russia dengan Ukraina tidak akan selesai dalam waktu dekat. Konflik ini kemungkinan besar akan berlangsung cukup panjang. Untuk itu harus diantisipasi krisis pangan akibat dari perang tersebut.

"Sepertinya konflik Russia-Ukraina ini masih cukup panjang. Berbagai upaya sudah ditempuh, namun sepertinya belum bisa selesai dalam jangka pendek," kata Susiwijono dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (10/6).

Berdasarkan data Program Pangan Dunia, jumlah penduduk yang masuk dalam kategori rawan pangan akibat krisis kembali meningkat menjadi 323 juta orang dari semula 276 juta orang. Jumlah 276 juta ini pun sudah meningkat akibat akibat Covid-19 dari yang semula 135 juta orang.

Lebih jauh, Susiwijono mengungkapkan panjangnya konflik akan menyebabkan krisis di dunia. Setelah pandemi Covid-19 selesai, krisis akan bergeser pada krisis pangan, energi, dan keuangan. Tercatat sehari selang Russia menginvasi Ukraina pada 24 Februari 2022, harga komoditas utama dunia mulai meningkat.

Harga Minyak Dunia

Harga minyak mentah sempat tembus di atas 130 dollar AS per barrel, meningkat lebih dari dua kali lipat dari asumsi APBN yang hanya 63 dollar AS per barel. Saat ini pun, harga minyak belum stabil di kisaran 110-120 dollar AS per barel.

"Artinya dengan posisi seperti ini, potensi global krisis akan terjadi terutama di tiga sektor tadi, yaitu food, energy, dan finance," ucap Susi.

Susi menyebut krisis akibat konflik Russia dan Ukraina akan menyebar di banyak sektor bila tak diantisipasi.

Sebelumnya, seperti dikutip dari Antara, Global Crisis Response Group (GCRG) dalam Second Policy Brief mengungkapkan sebanyak 1,2 miliar penduduk dunia sangat rentan terhadap tiga krisis global yang disebabkan oleh konflik Russia dan Ukraina, yakni krisis pangan, energi, dan keuangan.

"Masing-masing kawasan dan subkawasan memiliki situasi yang berbeda-beda dan terdapat beberapa negara yang jauh lebih rentan dibanding kawasan lain," kata Sekretaris Kementerian Koordinator bidang Perekonomian selaku Sherpa GCRG, Susiwijono Moegiarso, dalam media briefing di Jakarta, Jumat.

Seperti dikutip dari Antara, dia pun mencontohkan beberapa negara di Afrika Sub-Sahara merupakan wilayah yang paling terdampak dan paling rentan, tercermin dari hasil studi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang melaporkan sebanyak satu dari dua orang Afrika sangat terdampak dari ketiga krisis.

Secara keseluruhan, wilayah ini khususnya terkena krisis keuangan, mengingat tingkat negara yang berisiko tinggi mengalami kesulitan utang. Begitu pula dengan krisis pangan yang diperparah oleh kekeringan hebat di tanduk Afrika.

Redaktur: Marcellus Widiarto

Penulis: Eko S

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.