Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kenaikan Harga

Pembeli Pertamax-Pertalite DKI Tak Berubah

Foto : ANTARA/Reno Esnir

Warga saat mengisi BBM di SPBU di Jakarta

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) tak mengubah peta pengguna Pertalite dan Pertama. "Hampir tak ada perubahan konsumen pengguna Pertamax dan Pertalite di Jakarta, " kata

Pengawas SPBU Pertamina Cilandak I Made S Cipta akhir pekan lalu. Hanya menurut Corsec Subholding Commercial And Trading Pertamina Irto Ginting ada penurunan jumlah konsumen dua produk tersebut.

"Dalam 10 hari terakhir baik Pertalite maupun Pertamax justru turun, sekitar 12 persen," kata Irto.

Menurut I Made, tidak ada perubahan konsumsi bahan bakar antara pengguna Pertamax dan Pertalite.

"Kalau konsumsi bahan bakar tidak ada perubahan atau beralih mas antara Pertamax dengan Pertalite," kata I Made.

I Made mengatakan jumlah kendaraan pengguna motor perhari yang menggunakan Pertamax di SPBU-nya mencapai 100 unit kendaraan bermotor. Begitu pula motor yang menggunakan bahan Pertalite mencapai 100 unit.

"Jadi jumlahnya sama mas, tidak ada yang berubah," ujar I Made. Selain itu, I Made menjelaskan masyarakat membeli BBM sesuai dengan kebutuhan kendaraan yang dipergunakan untuk kegiatan sehari-hari.

Kenaikan BBM juga dirasakan masyarakat khusus penggunan kendaraan mobil. Salah satunya Bimo Rahmadi (40). Dia mengatakan masih menggunakan bahan bakar Pertalite. Sebelum harga BBM naik, dia biasa mengisi bensin 200 ribu sudah terisi penuh.

"Tapi sekarang setelah kenaikan BBM ini sangat berat mas saya harus mengisi full sebesar 250-300 ribu," ujarnya.

Ditemui terpisah, Ichsan (38) mengaku dirinya masih bertahan menggunakan BBM jenis Pertamax, meskipun harga lebih tinggi daripada harga pertalite.

"Kalau saya masih bertahan dengan Pertamax karena sesuai kebutuhan kendaraan saya mas," ujar Ichsan.

Alasan Ichsan memilih pertamax karena tidak mau mengantre panjang saat pengisian bahan bakar di SPBU. Disamping itu, ia hanya beraktivitas pergi ke rumah dan pergi ke tempat kerja.

"Saya masih bertahan memakai pertamax karena masih males ngantri mas. Kalau pertalite panjang antriannya, kegiatan saya dari rumah ke kantor," ucapnya.

Dikonfirmasi terpisah, Komunikolog Indonesia, Emrus Sihombing, mengatakan kenaikan BBM subsidi memberatkan rakyat itu kebutuhan yang memenuhi ekonomi bawah. itu pasti akan mendorong kenaikan bidang-bidang lain. Hal ini konsekuensi ekonomi.

"Sehingga tak terhindarkan biaya hidup membengkak ," kata Emrus. Dikatakan Emrus, sebaiknya pemerintah membuat suatu skema. Misalnya dhapus saja sekalian subsidi.

"Tetapi Pertamina diwajibkan untuk berkontribusi kepada APBN 20 persen. Dana ini bisa membangun infrastruktur prasarana pendidikan, kesehatan, dan lainnya," ungkap Emrus. Dia meyakini dana tersebut dapat membantu menyejahterahkan masyakat yang tinggal di daerah terpencil.


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Yohanes Abimanyu

Komentar

Komentar
()

Top