Dana USAID Dibekukan, Bagaimana Nasib Negara-negara Miskin?
Bendera USAID di Washington, DC, 3 Februari
Foto: PBSWASHINGTON - Upaya pemerintah AS di bawah Presiden Donald Trump untuk memasukkan lembaga kemanusiaan USAID ke dalam Departemen Luar Negeri menimbulkan pertanyaan mengenai masa depan dukungan keuangan puluhan miliar dollar kepada beberapa negara termiskin di dunia.
Amerika Serikat adalah penyedia bantuan pembangunan resmi terbesar di dunia, menurut Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD).
Sebagian besar dukungannya disalurkan melalui Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat, sebuah badan pemerintah independen yang didirikan oleh Kongres pada tahun 1961.
- Baca Juga: Bart De Wever Dilantik sebagai PM Baru
- Baca Juga: Iran Pamerkan Misil Balistik Terbaru
Apa yang Dilakukan USAID
USAID merupakan lembaga kemanusiaan dan pembangunan terbesar pemerintah AS, dengan tenaga kerja sekitar 10.000 orang di seluruh dunia dan anggaran tahunan puluhan miliar dollar.
Kongres menyetujui pendanaan USAID setiap tahun. Badan kemanusiaan tersebut kemudian bekerja sama dengan Kongres dan Gedung Putih untuk menetapkan prioritas investasinya, sementara Departemen Luar Negeri menyediakan arahan kebijakan luar negeri.
Uang tersebut dibayarkan melalui hibah, kontrak, dan "perjanjian kerja sama," menurut USAID.
Pada tahun fiskal 2023, USAID mengelola lebih dari 40 miliar dollar dalam alokasi gabungan, menurut laporan terkini dari Congressional Research Service (CRS).
Jumlah tersebut lebih dari sepertiga total anggaran yang disetujui untuk Departemen Luar Negeri, operasi luar negeri, dan program terkait.
Meskipun demikian, jumlah tersebut hanya mewakili sekitar 0,7 persen dari pengeluaran pemerintah AS sebesar 6,1 triliun dollar selama periode tersebut.
Negara Mana yang Didukung
USAID memiliki proyek di sekitar 130 negara pada tahun 2023, tahun terakhir di mana data lengkap tersedia, menurut CRS.
Tiga penerima bantuan teratas adalah Ukraina, Ethiopia, dan Yordania.
Skala pendanaan USAID untuk Ukraina signifikan, negara Eropa yang dilanda perang itu menerima lebih dari 16 miliar dollar dalam dukungan ekonomi makro, menurut data pemerintah AS.
Pada tahun 2023, 70 dari 77 negara yang ditetapkan Bank Dunia sebagai negara berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah menerima bantuan USAID, menurut laporan CRS.
Penerima bantuan teratas lainnya adalah Republik Demokratik Kongo, Afghanistan, Sudan Selatan, dan Suriah.
Apa yang Didanai USAID
CRS mengatakan, sekitar 17 miliar dollar pendanaan USAID pada tahun 2023 digunakan untuk mengatasi masalah "tata kelola". Sebagian besarnya ditujukan untuk Ukraina.
Selain itu, sekitar 10,5 miliar dollar digunakan untuk mengatasi masalah kemanusiaan, sementara 7 miliar dollar disisihkan untuk kesehatan, dan sekitar 1,3 miliar dollar digunakan untuk pertanian.
USAID juga memberikan dukungan anggaran langsung ke beberapa negara di seluruh dunia, termasuk transfer tunai lebih dari 770 juta dollar kepada pemerintah Yordania, sekutu utama AS di Timur Tengah, menurut data pemerintah AS.
Program utama lainnya yang didanai atau dikelola oleh USAID pada tahun 2023 termasuk 811 juta dollar untuk Dana Global untuk memerangi AIDS, Tuberkulosis, dan Malaria, dan lebih dari 330 juta dollar dalam bantuan pangan dan gizi darurat untuk Afganistan.
Gedung Putih pada hari Senin menerbitkan pernyataan yang menyoroti soal "pemborosan dan penyalahgunaan" yang terjadi di USAID, termasuk 1,5 juta dollar untuk "memajukan kesetaraan dan inklusi keberagaman di tempat kerja dan komunitas bisnis Serbia."
Lembar fakta USAID.gov tentang program di Serbia tersebut telah dihapus pada Senin malam.
Redaktur: Lili Lestari
Penulis: Lili Lestari
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Presiden Prabowo Meminta TNI dan Polri Hindarkan Indonesia jadi Negara yang Gagal
- 2 Lestari Moerdijat: Tata Kelola Pemerintahan Daerah yang Inklusif Harus Segera Diwujudkan
- 3 Tayang 6 Februari 2025, Film Petaka Gunung Gede Angkat Kisah Nyata yang Sempat Viral
- 4 Majukan Ekosistem Digital Indonesia, Diperlukan Kolaborasi Pemerintah dan Masyarakat
- 5 Utusan Presiden Bidang Iklim dan Energi Sebut JETP Program Gagal
Berita Terkini
- Proyek Hidrogen 'Hijau' Australia Terancam Batal
- OJK Atur Ulang Rahasia Bank, Ini yang Perlu Diketahui
- Film Horor 'Final Destination Bloodlines' Segera Tayang di Bioskop dan IMAX
- Paviliun Indonesia Sukses Raup Transaksi 4,6 Juta Dollar AS di FITUR 2025 Madrid
- Penghematan Anggaran, Menhub Pastikan Subsidi Transportas Tetap Prioritas Utama