Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Pemanfaatan "Artificial Intelligence" Topang Keberlanjutan Bisnis

Foto : Istimewa

Ilustrasi - Artificial Intelligence (AI)

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Dalam dunia bisnis modern saat ini, investasi terhadap AI (Artificial Intelligence), cloud dan sebagainya, diyakini merupakan kebutuhan yang akan menguntungkan. Hal ini karena teknologi AI bisa menggabungkan kekuatan data dan pembelajaran mesin AI dengan keahlian domain yang penting, untuk mengekstrak nilai dari data industri.

"Teknologi AI dan Machine learning akan membantu kita untuk mengetahui apa yang konsumen inginkan, bahkan sebelum mereka menginginkannya," kata Wern-Yuen Tan, Chief Executive Officer, Asia Pacific, Australia, New Zealand and China, PepsiCo dalam webinar The Digital Pivot di Standard Chartered ASEAN BUsiness Forum 2021, akhir pekan lalu.

Manfaat lain, lanjut dia, adalah kita bisa mendapatkan data analitik agar bisa digunakan untuk mencapai efisiensi dalam supply chain. "Ini seperti yang kami berikan dalam layanan," imbuh dia.

Magnus Ekbom, Group Chief Strategy Officer, Lazada, mengatakan, metode untuk mengetahui consumer behaviour telah berjalan dalam 10 tahun terakhir jadi bukan hanya 20 sampai 80 bulan terakhir saja.

Menurutnya ini aktivitas kerap disebut akselerasi bisnis. Yang paling besar terjadi adalah dalam dua tahun terakhir pengamatan consumer behaviour ini telah diterapkan setiap hari sehingga bukan hanya menjadi sesuatu yang dadakan saja.

"Akibatnya consumer behaviour telah merubah produk suplai secara online. Konsumen juga sangat menikmati transformasi yang telah dilakukan dalam beberapa tahun ini," katanya dalam kesempatan yang sama.

Bagi perusahaan, lanjutnya, fenomena ini sudah menjadi kenyataan yang harus dihadapi sekarang. Sehingga suka atau tidak perusahaan konsumen harus bisa mengadaptasi dan mangadposi consumer demand terjadi saat ini.

Pihak-pihak penyedia teknologi saat ini telah melayani berbagai SME di dengan beberapa kategori dan standar. Optimisme pelayanan online pada SME ini telah diteliti secara berbeda baik secara multi level atau Negara.

Situasi Pandemi secara holistik telah membuat sentimen ekonomi juga sehingga beberapa market mengalami perubahan arah termasuk dari pelayanan offline menjadi online. "Sentimen ini juga berpengaruh pada consumer behaviour dimana setiap hari konsumen lebih memilih melakukan pembelian secara online daripada sebelumnya," katanya.

Senada, secara perspektif Bank, Rino Donosepoetro, Vice Chairman ASEAN & President Commissioner, Standard Chartered menyatakan faktor pandemi telah membuat ekonomi mengambil langkah dalam beberapa tahun terakhir. Yang pertama adalah digitalisasi dimana Covid secara fundamental telah membuat consumer behaviour berubah.

"Kita bisa lihat cara konsumen belanja saat ini yang lebih memilih secara virtual dengan "kecepatan" yang tak terprediksi ," katanya.

Tahun lalu, ada sekitar 40 juta pengguna internet baru di ASEAN. Sejalan dengan adaptasi digital. Internet ekonomi telah menjadi panel pertumbuhan yang cepat dan menjadi bagian dari 24 dari 100 hingga 300 juta dollar AS pembelanjaan.

Pengguna mobile device yang bisa disebut "ektrim" ini, kata Rino, telah merubah cara pembayaran. Contohnya milenial di Singapura sebanyak 64 persen sudah menggunakan online mobile app dan selebihnya baru memulai. "Ini membuktikan adanya manajemen keuangan baru dari adanya Pandemi," katanya.

Ini juga membuktikan konsumen bahwa ASEAN butuh platform terintegrasi. Disisi lain komersial bisnis menawarkan digital financial service. Jadi nantinya hubungan antar ASEAN baik dari media, ecommerce dan sebagainya untuk berkonversi pada platform terintegrasi.

"Bisnis tradisional pun lambat laun akan membuka layanan digital," tandas Rino.


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top