Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Operasi Moneter l Hingga 19 Juni, BEI Catat “Capital Outflow” Capai Rp12,34 Triliun

Pelonggaran Pacu "Capital Outflow"

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Bank Indonesia (BI) diperkirakan masih mempunyai ruang untuk kembali memperlonggar kebijakan moneter melalui instrumen penurunan suku bunga acuan, mengingat inflasi yang saat ini cenderung di level rendah. Namun, apabila bank sentral kembali memangkas BI 7 Day Reverse Repo Rate (BI-7DRRR), dikhawatirkan aliran modal keluar atau capital outflow kian deras sehingga menekan rupiah.

Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra, memperkirakan bank sentral akan memangkas BI-7 DRR dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) selama dua hari hingga, besok (16/7). Pelemahan ekonomi akibat dampak pandemi Covid-19 menjadi salah satu pertimbangannya. Tak hanya itu, inflasi saat ini masih di level rendah.

"Kondisi inflasi masih stabil di bawah 2 persen, jadi BI masih ada ruang untuk melakukan pemangkasan lagi," ujar Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra, kepada Koran Jakarta, Selasa (14/7).

Seperti diketahui, perekonomian nasional pada triwulan I-2020 tumbuh 2,97 persen, jauh di bawah capaian pada triwulan IV-2019 sebesar 4,97 persen dan pada triwulan I-2019 sebesar 5,04 persen. Bahkan, belum lama ini, Menteri Keuangan, Sri Mulyani, memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2020 akan terkontraksi atau negatif 3,8 persen.

Sementara itu, laju inflasi sepanjang tahun ini cenderung melambat dan berada di level rendah. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada Juni lalu mencapai 0,18 persen dibandingkan bulan sebelumnya (mtm). Dengan demikian, secara tahun kalender (ytd), inflasi tercatat sebesar 1,09 persen, sedangkan secara tahunan (yoy) tercatat sebesar 1,96 persen. Capaian tersebut jauh di bawah rentang target 2020 di kisaran 2-4 persen.

Meskipun peluang pelonggaran terbuka, kebijakan tersebut dikhawatirkan memicu aliran capital outflow. Ekonom Centre of Reform on Economic (Core) Indonesia, Yusuf Rendy Manilet, memperingatkan jika BI menurunkan suku bunga pada RDG Juli ini, dikhawatirkan justru memicu kembali derasnya capital outflow dalam beberapa bulan ke depan.

"Dengan tren capital outflow yang terjadi sepanjang bulan ini, bisa menjadi alasan BI untuk tetap mempertahnkan suku bunga acuan, agar tetap menjaga appetite investor di pasar modal untuk tetap berada di market dalam negeri," ujar Yusuf.

Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat hingga 19 Juni 2020, arus modal asing yang keluar dari Indonesia mencapai 12,34 triliun rupiah. Menurut BEI, capital outflow mulai terjadi pada Februari 2020 sebesar 4,76 triliun rupiah. Satu-satunya arus modal asing yang masuk atau capital inflow ke Indonesia hanya terjadi pada Mei lalu sebesar 8,03 triliun rupiah. Namun, trennya kembali keluar pada Juni lalu.

Lampaui Krisis 2008


Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan total capital outflow selama triwulan I-2020 mencapai 145,28 triliun rupiah, melampaui arus modal asing yang kelur pada saat terjadi krisis keuangan global 2008 sebesar 69,9 triliun rupiah dan masa taper tantrum pada 2013 sebesar 36 triliun rupiah.

Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati, menjelaskan lonjakan capital outflow itu dikarenakan penyebaran Covid-19 telah membuat investor pasar keuangan global menjadi panik dan lebih memilih untuk memindahkan aset mereka ke aset yang aman.
"Capital outflow periode Januari hingga Maret (2020) lebih dari dua kali lipat yang terjadi saat guncangan krisis global," jelas dia, beberapa waktu lalu.

uyo/Ant/E-10


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Djati Waluyo, Antara

Komentar

Komentar
()

Top