Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Bom Paskah

Pejabat Sri Lanka Saling Tuding

Foto : AFP/ LAKRUWAN WANNIARACHCHI

PATROLI DI JALAN - Tentara Sri Lanka berpatroli sepanjang jalan tempat terjadinya aksi teror bom di Negombo, Rabu (24/4). Kepolisian merilis jumlah korban tewas akibat serangan bom itu menjadi 359 orang.

A   A   A   Pengaturan Font

KOLOMBO - Sejumlah menteri di kabinet Perdana Menteri Sri Lanka, Ranil Wickremesinghe, menuding ada pihak-pihak yang sengaja menahan informasi peringatan ancaman aksi teror bom di Sri Lanka pada 21 April lalu.

"Sejumlah pejabat tinggi intelijen sengaja menyembunyikan informasi itu. Informasi itu tersedia, tetapi pejabat keamanan tidak bersikap serius," kata Menteri Badan Usaha Milik Negara, Lakshman Kiriella.

Inilah yang membuat Presiden Sri Lanka, Maithripala Sirisena, marah dan meminta dua pejabat tinggi keamanan negeri itu, yakni kepala kepolisian dan menteri pertahanan, mengundurkan diri.

Menurut Kiriella, laporan ancaman serangan teror di sejumlah gereja dan hotel diterima dari intelijen India pada 4 April. Tiga hari kemudian, Presiden Maithripala Sirisena menggelar rapat Dewan Keamanan karena dia bertanggung jawab dalam bidang itu. Sayangnya, kata Kiriella, informasi itu justru tidak disebarkan ke pejabat lain. Padahal, dilaporkan informasi itu menyebar di antara aparat keamanan pada 11 April, tetapi tidak disikapi serius.

Wickremesinghe mengaku tidak diajak rapat atau diberi laporan soal potensi ancaman itu. "Seseorang sengaja mengendalikan informasi ini. Dewan Keamanan sudah bermain politik. Ini harus diusut," kata Kiriella.

Diduga, hal ini adalah buntut dari perseteruan politik antara Sirisena dan Wickremesinghe sejak 2018. Saat itu, Sirisena mengklaim Wickremesinghe bersekongkol untuk membunuhnya. Pejabat Sri Lanka kini saling menyalahkan akibat serangkaian teror bom yang merenggut nyawa 359 orang, dan melukai hampir 500 orang.

Dalam konferensi pers, Menteri Pertahanan, Ruwan Wijewardene, mengatakan pelaku bom di hari Paskah itu berasal dari keluarga kalangan berada. "Kami meyakini salah satu pelaku bom bunuh diri pernah belajar di Inggris dan menyelesaikan pendidikan pascasarjana di Australia sebelum kembali ke Sri Lanka," terang Wijewardene.

Dua pelaku bom bunuh diri merupakan kakak-beradik dan putra dari seorang pedagang kaya di Kolombo. Mereka meledakkan diri di Hotel Shangri La dan Grand Cinnamon. ang/P-4


Redaktur : Khairil Huda

Komentar

Komentar
()

Top