Nasional Luar Negeri Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona Genvoice Kupas Splash Wisata Perspektif Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kebutuhan Pokok I Kegagalan Tingkatkan Produksi Pangan Picu Kebergantungan Impor

Pejabat Pemerintah Diminta Tidak Jadi Pemicu Bencana dan Prahara Pangan

Foto : ISTIMEWA

Program food estate kita selalu gagal karena mental korup. Bikin food estate itu berbeda dengan membuat proyek jalan raya yang bisa diserahkan kepada kontraktor.

A   A   A   Pengaturan Font

» Krisis pangan global bukan hanya peringatan, tetapi sudah di depan mata.

JAKARTA - Para pejabat di pemerintahan, terutama di level Menteri, diminta tidak melihat pangan sebagai masalah sederhana melalui penggunaan parameter yang sangat mudah seperti stok cadangan beras pemerintah (CBP) mencukupi beberapa bulan ke depan.

Pernyataan-pernyataan seperti yang penting di gudang ada beras merupakan pemikiran yang picik, karena tidak menggali lebih dalam sumber stok di gudang diperoleh dari mana, apakah murni produksi petani dalam negeri atau semuanya dari impor.

Lebih dari itu, pemerintah harus betul-betul sadar kalau banyak lahan-lahan pertanian yang subur dan potensial, tapi malah lahannya dialih fungsikan dan dibeton seperti menjadi perumahan.

Mereka seharusnya bersyukur, Indonesia dikaruniai tanah yang subur dengan kualitas nomor satu untuk pertanian, bukan malah dijadikan hutan beton yang membuat petani semakin miskin karena lahannya dicaplok untuk properti. Pada akhirnya, negara agraris ini tidak punya generasi penerus sebagai petani dan oleh generasi mendatang para pengambil keputusan itu akan disumpahin.

Oleh generasi penerus, anak cucu, para pejabat itu dianggap hanya mendatangkan bencana dan prahara. Saking mental korup dan kurang bermoral, mereka bahkan sudah tidak takut lagi pada KPK dan rela dipenjara beberapa tahun hanya demi uang. Oknum-oknum seperti itu hatinya sudah beku sehingga tidak peduli dengan hukuman penjara. Dia tidak sadar kalau hukuman penjara hanya sementara, dan masih pertanggungjawaban di akhirat yang kekal.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini, Selocahyo Basoeki Utomo S, Eko S

Komentar

Komentar
()

Top