Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Krisis Semenanjung Korea

PBB Kecam Korut Karena Timbun Senjata Saat Rakyatnya Sengsara

Foto : AFP/ANGELA WEISS

Kesaksian Pembelot l Pembelot dari Korut, Ilhyeok Kim, saat memberi kesaksian di DK PBB di markas PBB, New York, AS, Kamis (17/8). Menurut  Ilhyeok Kim dirinya telah dipaksa untuk bekerja di ladang tanpa kompensasi, sementara semua panen biji-bijian yang mereka tanam digunakan untuk militer.

A   A   A   Pengaturan Font

NEW YORK - Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) pada Kamis (17/8) menuduh Korea Utara (Korut) telah menghabiskan banyak anggaran untuk program senjata nuklir di saat rakyatnya kelaparan dan kekurangan kebutuhan pokok.

Komisioner Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, Volker Turk, mengatakan kepada DK PBB bahwa rakyat Korut saat ini mengalami represi politik yang semakin parah, kondisi perekonomian yang memburuk, dan pelanggaran HAM secara sistematis dan meluas.

"Banyak di antara pelanggaran yang saya maksud berasal langsung dari, atau mendukung, peningkatan militerisasi Korut," ucap Turk, seraya menyebutkan telah meluasnya penggunaan tenaga kerja paksa, termasuk oleh anak-anak, demi mendukung aparat militer negara dan kemampuannya membuat senjata.

Sidang yang digagas oleh Amerika Serikat (AS) itu merupakan sidang DK PBB pertama dalam enam tahun yang membahas situasi HAM di Korut. Sidang itu juga digelar ketika Pyongyang telah mempercepat pengujian misil berkemampuan nuklirnya selama setahun terakhir, sehingga meningkatkan ketegangan di seantero Asia timur.

Dengan dikelilingi diplomat lebih dari 50 negara, melalui sebuah pernyataan bersama, Duta Besar AS untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield, mengecam pelanggaran dan pelecehan hak asasi manusia yang disebutnya berhubungan erat dengan senjata pemusnah massal dan pengembangan misil balistik Korut.

Sedangkan Elizabeth Salmon, pelapor khusus Kantor HAM PBB di Korut, mengatakan bahwa penutupan perbatasan negara yang berkepanjangan, akibat sanksi global, telah meningkatkan kesengsaraan rakyat Korut, termasuk kekurangan pangan.

"Konflik yang membeku digunakan untuk membenarkan berlanjutnya militerisasi di dalam Korut dengan dampak yang menghancurkan rakyatnya sendiri," ujar dia.

Salmon pun mengatakan bahwa kebijakan Pyongyang adalah memprioritaskan sumber daya untuk kepentingan militer.

"Pimpinan Korut terus meminta warganya untuk mengencangkan ikat pinggang, agar sumber daya yang ada bisa digunakan untuk mendanai program nuklir dan misil," ungkap dia.

Kesaksian Pembelot

Sementara itu Ilhyeok Kim, pembelot Korut, mengatakan kepada DK PBB bahwa ia telah dipaksa pada usia muda untuk bekerja di ladang tanpa kompensasi, sementara semua panen biji-bijian yang mereka tanam digunakan untuk militer.

"Pemerintah mengubah darah dan keringat kami menjadi kehidupan mewah bagi para pemimpin, serta menjadi misil yang meledakkan kerja keras kami ke angkasa," ujar dia. "Uang yang dihabiskan hanya untuk satu misil dapat memberi makan kami selama tiga bulan," imbuh dia.

Dalam sidang itu, sebagian besar anggota dewan mengecam kondisi kehidupan dan HAM di Korut yang memburuk, yang disebabkan oleh sanksi keras dewan keamanan dan negara-negara besar dunia atas program senjata nuklir negara itu. AFP/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top