Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Perubahan Iklim

PBB: Asia Selatan Mengalami Krisis Air Terburuk di Dunia

Foto : ANTARA/BASRI MARZUKI

PETANI TERPAKSA MENGAIRI LAHAN DENGAN MESIN POMPA AIR AKIBAT KEMARAU I Petani menunggui lahannya terisi air yang dialirkan dari mesin pompa air di Desa Sidondo, Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Senin (13/11). Sebagian besar petani di wilayah itu terpaksa menggunakan mesin pompa air untuk mengairi lahan pertaniannya agar tetap bisa diolah karena ketidaktersediaan air akibat kemarau dan rusaknya saluran irigasi Gumbasa sejak bencana 2018.

A   A   A   Pengaturan Font

NEW DELHI - PBB mengatakan lebih banyak anak-anak di Asia Selatan yang mengalami kesulitan akibat kelangkaan air yang parah dan diperburuk oleh dampak perubahan iklim dibandingkan negara-negara lain di seluruh dunia.

"Sebanyak 347 juta anak di bawah usia 18 tahun mengalami kelangkaan air yang tinggi atau sangat tinggi di Asia Selatan, jumlah tertinggi di antara seluruh wilayah di dunia," dalam sebuah laporan Dana Anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa atau the United Nations International Children's Emergency Fund (Unicef), Senin (13/11).

Dikutip dari The Straits Times, wilayah yang terdiri dari delapan negara, yang terdiri dari Afghanistan, Bangladesh, Bhutan, India, Nepal, Maladewa, Pakistan, dan Sri Lanka, merupakan rumah bagi lebih dari seperempat anak-anak di dunia.

"Perubahan iklim mengganggu pola cuaca dan curah hujan, menyebabkan ketersediaan air tidak dapat diprediksi," kata Unicef dalam laporannya.

Laporan tersebut menyebutkan kualitas air yang buruk, kekurangan air dan kesalahan pengelolaan seperti pemompaan akuifer yang berlebihan, sementara perubahan iklim mengurangi jumlah air yang dapat mengisi kembali akuifer tersebut.

"Ketika sumur desa mengering, rumah-rumah, pusat kesehatan dan sekolah semuanya terkena dampaknya," tambah Unicef.

Lebih Buruk

Dengan iklim yang semakin tidak dapat diprediksi, tambah Unicef, kelangkaan air diperkirakan akan menjadi lebih buruk bagi anak-anak di Asia Selatan.

Pada konferensi iklim PBB Conference of the Parties 28 (COP-28) pada Desember di Dubai, Unicef mengatakan pihaknya akan menyerukan para pemimpin untuk mengamankan planet yang layak huni. "Air yang aman adalah hak asasi manusia," kata Sanjay Wijesekera, Ketua Unicef untuk Asia Selatan.

"Namun, jutaan anak-anak di Asia Selatan tidak mempunyai cukup minuman di wilayah yang dilanda banjir, kekeringan, dan peristiwa cuaca ekstrem lainnya, yang semakin dipicu oleh perubahan iklim," urainya.

Pada 2022, 45 juta anak tidak memiliki akses terhadap layanan dasar air minum di Asia Selatan, lebih banyak dibandingkan wilayah lainnya. Namun, Unicef mengatakan layanan tersebut berkembang pesat, dan jumlah tersebut diperkirakan akan berkurang setengahnya pada tahun 2030.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top