Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

PBB: AIDS Diperkirakan Akan Berakhir pada 2030

Foto : Istimewa

PBB pertama kali menetapkan target pada 2015 untuk mengakhiri AIDS sebagai ancaman kesehatan masyarakat pada tahun 2030.

A   A   A   Pengaturan Font

JENEWA -Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Kamis (13/7) menegaskan akhir dari AIDS diperkirakan terjadi pada 2030, tetapi memperingatkan pandemi paling mematikan di dunia dapat dihentikan hanya jika para pemimpin mengambil kesempatan itu.

Dikutip dari Agence France-Presse (AFP), United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS) atau badan gabungan PBB yang menangani masalah HIV/AIDS, mengatakan, AIDSdapat diakhiri sebagai ancaman kesehatan masyarakat, dengan menguraikan peta jalan investasi, pencegahan dan pengobatan berbasis bukti, pemberdayaan masyarakat sipil dan mengatasi ketidaksetaraan yang menghambat kemajuan.

UNAIDS mengatakan, mengakhiri pandemi, di atas segalanya, adalah pilihan politik dan keuangan. "Kita belum berada di jalur yang mengakhiri AIDS. Tetapi kita dapat memilih untuk mengambil jalur itu," kata direktur eksekutif UNAIDS, Winnie Byanyima.

PBB pertama kali menetapkan target pada tahun 2015 untuk mengakhiri AIDS sebagai ancaman kesehatan masyarakat pada tahun 2030.

Byanyima mengatakan, kemajuan terbesar pada HIV, virus yang menyebabkan AIDS,dibuat di negara dan wilayah yang telah berinvestasi tinggi. Dia mengutip Afrika timur dan selatan, di mana infeksi HIV baru telah turun 57 persen sejak 2010.

Botswana, Eswatini, Rwanda, Tanzania dan Zimbabwe telah mencapai apa yang disebut target 95-95-95.

Ini berarti 95 persen dari mereka yang hidup dengan HIV mengetahui status mereka; 95 persen dari mereka yang mengetahui bahwa mereka mengidap HIV menggunakan pengobatan anti-retroviral yang menyelamatkan jiwa; dan 95 persen orang yang memakai pengobatan mencapai penekanan virus, dan karena itu sangat tidak mungkin menulari orang lain.

Sedikitnya 16 negara lain hampir mencapai target tersebut. Mereka termasuk delapan di sub-Sahara Afrika, wilayah di mana 65 persen orang HIV-positif tinggal, dan Denmark, Kuwait dan Thailand.

Dalam sebuah laporan, UNAIDS mengatakan dua dekade lalu, pandemi AIDS tampaknya tidak dapat dihentikan, dengan lebih dari 2,5 juta orang tertular HIV setiap tahun dan AIDS merenggut dua juta jiwa setiap tahunnya. Tapi gambarannya sekarang sangat berbeda.

UNAIDS mengatakan pada 2022, 39 juta orang di seluruh dunia hidup dengan HIV, 29,8 juta di antaranya mengakses terapi anti-retroviral. Jumlah pengobatan anti-retroviral hampir empat kali lipat dari 7,7 juta pada 2010.

Selain itu, 82 persen wanita hamil dan menyusui yang hidup dengan HIV memiliki akses ke pengobatan anti-retroviral pada tahun 2022, dibandingkan dengan 46 persen pada 2010,yang menyebabkan penurunan infeksi baru pada anak sebesar 58 persen.

Sekitar 1,3 juta orang baru terinfeksi HIV pada 2022, turun 59 persen dari puncaknya pada 1995.

Menurut Byanyima, 630 ribu orang, meninggal karena penyakit terkait AIDS, dan masih menjadi pembunuh nomor 1 di negara-negara termasuk Mozambik.

"Secara keseluruhan, jumlah kematian terkait AIDS telah berkurang 69 persen sejak puncaknya pada tahun 2004," kata laporan tersebut.

Berakhirnya AIDS adalah kesempatan bagi para pemimpin saat ini untuk dikenang sebagai "orang yang menghentikan pandemi paling mematikan di dunia," kata Byanyima.

"Kami berharap, tetapi bukan optimisme santai yang mungkin datang jika semua berjalan sebagaimana mestinya. Sebaliknya, itu adalah harapan yang berakar dalam melihat peluang."

Pendanaan untuk HIV turun kembali pada tahun 2022 menjadi 20,8 miliar dolar AS, kurang lebih sama dengan tahun 2013, dan jauh di bawah 29,3 miliar dolar AS yang dibutuhkan pada 2025.

Undang-undang yang mengkriminalkan orang-orang dari populasi kunci, atau perilaku mereka, tetap berlaku di banyak negara, kata UNAIDS, memberikan contoh bahwa kriminalisasi, dan stigmatisasi, terhadap orang yang menyuntikkan napza mencegah mereka untuk datang berobat.

HIV terus berdampak pada populasi kunci lebih dari populasi umum, tambahnya.

Pada 2022, dibandingkan dengan orang dewasa berusia 15-49 tahun pada populasi umum, prevalensi HIV 11 kali lebih tinggi pada laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki, empat kali lebih tinggi pada pekerja seks, tujuh kali lebih tinggi pada penasun, dan 14 kali lebih tinggi pada orang transgender.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top