Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Stabilitas Kawasan

Paus: Negosiasi Gencatan Senjata di Gaza Tidak Boleh Terhenti

Foto : ISTIMEWA

Pemimpin Gereja Katolik Seluruh Dunia, Paus Fransiskus

A   A   A   Pengaturan Font

KOTA VATIKAN - Pemimpin Gereja Katolik Seluruh Dunia, Paus Fransiskus, menyatakan negosiasi gencatan senjata di Gaza yang sedang berlangsung seharusnya tidak dihentikan. Pada hari Minggu (1/9), pemimpin umat Katolik tersebut mengajukan kembali seruan untuk gencatan senjata segera, pembebasan sandera, dan bantuan kemanusiaan ke Gaza karena tempat itu banyak penyakit, termasuk polio yang sedang menyebar.

"Biarkan ada kedamaian di Tanah Suci, biarkan ada kedamaian di Yerusalem," kata Paus Fransiskus. Seperti dikutip dari Antara, ditekankan pula perlunya di kota tersebut menjadi tempat pertemuan umat Kristen, Yahudi, dan Muslim dihormati dan diterima.

Amerika Serikat (AS), Mesir, dan Qatar sedang bernegosiasi mengenai gencatan senjata dan pertukaran tahanan antara Israel dan kelompok perlawanan Palestina, Hamas. AS berencana menyajikan kesepakatan gencatan senjata versi final di Jalur Gaza dalam beberapa pekan mendatang. Jika kesepakatan itu tidak diterima, hal itu bisa berarti berakhirnya peran AS dalam negosiasi antara Israel dan gerakan Palestina, Hamas.

Kesepakatan Akhir

Surat kabar Washington Post, pada Selasa, menyampaikan AS tengah berunding dengan Mesir dan Qatar mengenai garis besar batas kesepakatan akhir terima atau tinggalkan, mengutip pejabat senior pemerintahan Presiden Joe Biden yang tidak mau disebut namanya.

Jika kedua belah pihak tidak menerimanya, hal itu dapat menandai berakhirnya negosiasi yang dipimpin AS. "Anda tidak bisa terusmenerus bernegosiasi. Proses ini harus dihentikan pada titik tertentu," kata pejabat tersebut. AS tengah menggodok kesepakatan dengan Mesir dan Qatar sebelum militer Israel menemukan jasad enam sandera yang diculik pada bulan Oktober oleh gerakan Palestina, Hamas.

Seorang pejabat senior menekankan penemuan jasad-jasad tersebut akan "menambah urgensi tambahan" pada tahap akhir negosiasi antara Israel dan Hamas. Pejabat tersebut mengatakan AS juga yakin keenam sandera tersebut telah ditembak di kepala sesaat sebelum jasad mereka ditemukan. Publikasi tersebut mengatakan, mengutip pejabat senior lainnya, bahwa beberapa sandera yang terbunuh seharusnya dibebaskan pada fase pertama negosiasi.

Di antara mereka, publikasi tersebut menyebutkan nama warga AS, Hersh Goldberg- Polin, dan dua wanita Israel. Seperti yang diberitakan oleh dua pejabat senior lainnya dari pemerintahan Biden kepada surat kabar tersebut, kematian para sandera menambah komplikasi lebih lanjut dalam negosiasi gencatan senjata. "Para pejabat AS akan sibuk menelepon selama 48 jam ke depan untuk melihat apakah kesepakatan masih bisa dicapai," kata pejabat senior AS kedua kepada surat kabar tersebut.

Pada Minggu pagi, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menerbitkan nama enam sandera yang jasadnya ditemukan di terowongan bawah tanah di Kota Rafah di daerah kantong Palestina selatan. Di antara mereka terdapat seorang warga negara Russia, Alexander Lobanov, yang berusia 32 tahun, dan seorang warga negara AS, Hersh Goldberg- Polin, yang berusia 23 tahun. IDF meyakini bahwa keenam sandera yang jasadnya ditemukan di Jalur Gaza pada Sabtu malam dibunuh oleh Hamas, beberapa saat sebelumnya. Hamas sebelumnya mengatakan bahwa mereka menganggap Israel bertanggung jawab atas kematian tawanan Israel di Jalur Gaza.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top