Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Dampak Perang

Paus Fransiskus Desak Russia Kembali ke Kesepakatan Pangan Laut Hitam

Foto : VINCENZO PINTO / AFP

Paus Fransiskus melambaikan tangan dari jendela istana apostolik yang menghadap ke alun-alun Santo Petrus selama doa Angelus mingguan, di Vatikan, Minggu (30/7).

A   A   A   Pengaturan Font

VATICAN CITY - Paus Fransiskus meminta Russia kembali ke kesepakatan pangan Laut Hitam yang selama ini membuat ekspor pangan biji-bijian Ukraina dari tiga pelabuhan bisa terlaksana berkat adanya jaminan keamanan dari Moskwa, kendati kedua negara tengah berperang.

"Saya memohon kepada saudara-saudara saya, otoritas Federasi Russia, agar prakarsa Laut Hitam dapat dilanjutkan dan pangan bisa diangkut dengan aman," kata Paus Fransiskus ketika menyampaikan pesan mingguan Angelus di Vatikan, Minggu (30/7).

Seperti dikutip dari Antara, berbicara kepada umat di Lapangan Santo Petrus, Vatikan, Paus Fransiskus mendesak umat beriman agar terus mendoakan para martir di Ukraina, di mana perang menghancurkan segalanya, termasuk pangan.

Untuk itu, Paus Fransiskus menyebut perang tersebut penghinaan besar kepada Tuhan. "Tangisan jutaan saudara-saudari kita yang menderita kelaparan terdengar sampai langit," kata pemimpin dari hampir 1,4 miliar penganut Katolik di seluruh dunia itu.

Harga gandum global melonjak sejak Russia mengumumkan keluar dari perjanjian yang disepakati dengan Ukraina, Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan Turki itu, pada 17 Juli 2023.

Sejak itu, Russia menjadikan pelabuhan-pelabuhan Ukraina dan infrastruktur pendukung ekspor biji-bijian di Laut Hitam dan Sungai Danube sebagai sasaran tembaknya.

Russia keluar dari kesepakatan Laut Hitam dengan alasan tuntutannya agar Barat melonggarkan sanksi atas ekspor pangan dan pupuk tidak dipenuhi. Russia juga menyebut bahwa pangan yang diekspor melalui kesepakatan itu malah tidak sampai ke negara-negara miskin.

Pekan lalu, Presiden Russia, Vladimir Putin, menjanjikan pasokan pangan biji-bijian secara gratis ke enam negara di Afrika, tetapi Ketua Uni Afrika, Azali Assoumani, menilai tawaran itu tidak cukup.

Mengutuk Perang

Sejak pecah konflik di Ukraina tahun lalu, Paus Fransiskus berulang kali mengutuk perang itu, tetapi juga berusaha menjaga saluran komunikasi terbuka dengan Moskwa, walau hasilnya minim.

Pada Mei lalu, Paus Fransiskus menugaskan Ketua Konferensi Uskup Italia, Kardinal Matteo Zuppi, untuk bertindak sebagai utusan perdamaian.

Zuppi sejauh ini sudah mengunjungi Kiev, Moskwa, dan Washington. Dia kini tengah mengupayakan pemulangan anak-anak dari Russia dan wilayah yang dikuasai Russia, ke Ukraina.

Sebelumnya, Program Pangan Dunia PBB (WFP), pada Jumat (28/7), mengatakan belum ada tawaran dari Russia untuk memberikan biji-bijian secara gratis kepada organisasi tersebut sejak mundurnya Moskwa dari kesepakatan ekspor pangan Laut Hitam.

"Kami belum diajak bicara," kata Wakil Direktur Eksekutif WFP, Carl Skau, kepada wartawan di markas besar PBB di New York.

Di bawah Inisiatif Laut Hitam, WFP telah mengirimkan lebih dari 725.000 ton biji-bijian untuk mengurangi kelaparan di beberapa wilayah paling miskin di dunia, termasuk Afghanistan, Tanduk Afrika, dan Yaman. "Tentu saja, berakhirnya kesepakatan Inisiatif Laut Hitam sangat disesalkan," kata Skau.

"Ini adalah soal bagaimana kita dapat memastikan kebutuhan pangan jutaan orang terpenuhi. Dunia membutuhkan akses tanpa hambatan ke pasokan makanan utama.... Mereka yang lapar tidak bisa menunggu untuk pembicaraan atau upaya-upaya diplomatik," tambahnya.

WFP mendapatkan 50 persen dari pembelian biji-bijian tahun lalu dari Ukraina dan 80 persen dari pembelian gandum pada 2023. "Kami harus mencari di tempat lain, yang kemungkinan bisa lebih mahal," katanya.

WFP mengatakan kebutuhan pangan sangat mendesak mengingat masih ada 345 juta orang di dunia mengalami kerawanan pangan.

Kesepakatan biji-bijian Laut Hitam, yang ditandatangani Russia, Ukraina, Turki, dan PBB, bertujuan melanjutkan ekspor dari tiga pelabuhan Ukraina dengan aman sejak perang Russia dimulai pada Februari 2022.

Perjanjian itu dapat membantu mengendalikan harga pangan dunia dan meredakan krisis pangan global dengan memulihkan aliran ekspor gandum, minyak bunga matahari, pupuk, dan produk bijian-bijian lain dari Ukraina - salah satu pengekspor biji-bijian terbesar di dunia.

Namun, Moskwa menolak untuk memperpanjang perjanjian itu setelah 17 Juli, dengan mengatakan beberapa bagian yang terkait dengan permintaan Moskwa dalam kesepakatan itu belum dipenuhi.

Moskwa meminta agar berbagai hambatan bagi ekspor pupuk Russia dihilangkan dan bank pertanian mereka dipulihkan ke sistem transaksi keuangan global SWIFT.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top