
Patriarki Memudahkan Perempuan Terlibat Aksi Teror
Asisten Deputi Bidang Perlindungan Hak Perempuan Dalam Rumah Tangga dan Rentan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Valentina Gintings, di Jakarta, Kamis (8/4).
Foto: IstimewaJAKARTA - Perempuan masuk ke dalam terorisme dan ekstremisme ini sebenarnya bukan hal baru dan cenderung terus bertambah. Hal itu terjadi karena patriarki, baik dari segi budaya dan ekonomi menjadi faktor yang memudahkan perempuan terlibat dalam aksi teror dan paham radikal.
"Budaya patriarki membuat perempuan harus nurut pada suami dan ikut apa yang dikatakan suami," kata Asisten Deputi Bidang Perlindungan Hak Perempuan Dalam Rumah Tangga dan Rentan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA), Valentina Gintings, di Jakarta, Kamis (8/4).
Kemudian, tambah Valentina, ketergantungan perempuan kepada suami dari sisi ekonomi, karena tidak punya pegangan dari segi ekonomi. Jadi apa pun yang dikatakan suami, ya mereka (terpaksa) ikut saja.
Valentina menyebut perempuan memiliki 'titik lemah' yang sudah dipahami para teroris cara untuk memengaruhinya. Keterbatasan akses informasi bagi perempuan juga memudahkan perempuan terpapar pengaruh tersebut.
"Perempuan yang berada dalam ruang lingkup yang kecil juga terkadang tidak mendapat informasi yang luas terkait radikalisme sehingga mereka gampang dipengaruhi. Ini hanya sebagian faktor-faktornya," jelasnya.
Emosi Labil
Valentina menambahkan faktor sosial, perbedaan pola pikir, dan adanya doktrin dari keluarga atau lingkungan sekitar, serta karakteristik perempuan yang memiliki perasaan lebih sensitif dan emosi yang labil juga sebagai faktor penyebab lainnya. Kondisi tersebut menempatkan perempuan dan anak dapat berada dalam tiga posisi pada pusaran terorisme yaitu kelompok rentan terpapar, korban, dan pelaku.
Dia menilai keterlibatan perempuan dalam aksi teror maupun paham radikal semakin banyak. Untuk itu perlu ada aksi pencegahan dan penanggulangan yang harus jadi fokus ke depannya.
"Isu perempuan masuk ke dalam terorisme dan ekstremisme ini sebenarnya bukan hal baru, tapi kok sepertinya semakin banyak. Artinya diproses pencegahan dan penanggulangannya kita harus pastikan," ucapnya.
Valentina menyebut pihaknya akan fokus pada upaya pencegahan, agar perempuan tidak mudah terpapar radikalisme dan kekerasan ekstremisme yang mengarah pada terorisme. Pihaknya mempersiapkan strategi ketahanan keluarga lebih baik lagi dan menjalin komunikasi kelompok perempuan melalui perempuan pelopor perdamaian.
"Ini akan kita aktivasi lagi dan mudah-mudahan proses pencegahannya bisa jauh lebih kuat tentunya bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT)," tandasnya.
Direktur Pencegahan Terorisme, BNPT, Akhmad Nurwakhid membenarkan kecenderungan perempuan rentan terpapar ideologi radikalisme. Perempuan lebih cepat terpapar dan kecenderungannya lebih sulit untuk dideradikalisasi.
Meski begitu, dia mengingatkan setiap orang punya potensi untuk terpapar ekstremisme dan terorisme, tidak terikat pada jenis kelamin, latar belakang, suku, agama, ras bahkan latar belakang pendidikan maupun kadar tingkat intelektualitas. Menurutnya, ideologi yang radikal merupakan akarnya.
"Ada momen misalnya, anggota keluarga yang memiliki paham radikalisme apalagi oleh ibu atau orang tua. Ini menjadi musuh dan tanggung jawab kita bersama. Untuk itu, mari kita harus bersatu bersama-sama di dalam pencegahan penanggulangan radikalisme dan terorisme," katanya.
Berita Trending
- 1 Soal Penutupan TPA Open Dumping, Menteri LH: Ada Tahapan Sebelum Ditutup Total
- 2 RI-Jepang Perluas Kerja Sama di Bidang “Startup” dan EBT
- 3 Jadwal Liga 1 Indonesia Pekan ke-26: Jamu Persik, Persib Berpeluang Jaga Jarak dari Dewa United
- 4 Rekrutmen Taruna TNI 2025 Sudah Dibuka, Ini Link Pendaftaran dan Syaratnya
- 5 Pemerintah Kota Banjarmasin-Kemenkum Perkuat Sinergi Layanan Kekayaan Intelektual
Berita Terkini
-
Relawan Pertamina Peduli Bantu Korban Banjir Bekasi
-
Mensos Kunjungi Korban Banjir Jakarta, Sampaikan Salam Presiden
-
Lapisan Es Antartika dan Arktik Capai Rekor Terendah pada Februari 2025
-
Rosan: Danantara Kaji Proyek Hilirisasi dan Data Center Sebelum Investasi
-
MenPAN RB: Jadwal Pengangkatan CPNS Disesuaikan Jadi Oktober 2025