Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Pasokan Nikel Terganggu, Berkah Bagi NICL Capai Target Produksi di 2024

Foto : Istimewa

Aktivitas Pertambangan Nikel

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA- Harga komoditas nikel pada kuartal I (Q1)-2024 mengalami penurunan yang signifikan karena oversupply di Indonesia. Berdasarkan data dari Ditjen Minerba, harga acuan nikel sejak periode September 2023 hingga Maret 2024 telah mengalami penurunan sebesar 23,08 persen.

Hal itu tentu berdampak negatif bagi emiten pertembangan nikel di Indonesia, tak terkecuali emiten produsen nikel yakni PT.PAM Mineral Tbk (NICL).

Emiten yang memiliki lahan konsesi pertambangan nikel yang telah mempunyai Izin Usaha Pertambangan (IUP) operasi di Desa Laroenai, Kecamatan Bungku, Pesisir, Sulawesi Tengah seluas 198 hektar (ha) itu, dan juga lahan konsesi pertambangan nikel seluas 576 ha di Desa Lameruru, Kecamatan Langgikima, Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi Tenggara melalui entitas anak perseroan yaitu PT. Indrabakti Mustika (IBM), hanya mencatatkan laba bersih pada Q1-2024 sebesar 12,2 miliar rupiah.

Direktur Utama NICL, Rudy Tjanaka dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Selasa (4/6) mengatakan dari segi kinerja keuangan, pada Q1-2024, perseroan mencatatkan penjualan sebesar 116,7 miliar rupiah, atau turun 54,98 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2023 sebesar 259,4 miliar rupiah.

Penurunan itu jelas Rudy, disebabkan oleh penurunan volume produksi nikel karena RKAB Perseroan (NICL) baru terbit pada bulan Mei 2024 (Q2). Namun, Perseroan berhasil melakukan efisiensi beban pokok pendapatan dengan meningkatkan marjin laba kotor pada menjadi 37,07 persen dari 36,92 persen pada Q1-2023.

Seiring dengan menurunnya penjualan, laba usaha perseroan juga mengalami penurunan pada Q1-2024, dimana hanya tercatat sebesar 19,5 miliar rupiah atau menurun 74,85 persen dibandingkan dengan laba usaha periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 77,8 miliar rupiah.

Dengan demikian, papar Rudy, laba bersih perseroan hanya tercatat 12,2 miliar rupiah atau turun 78,92 persen dibandingkan sebelumnya. Penurunan tersebut disebabkan karena Persetujuan RKAB Entitas anak (IBM), yang baru disetujui pada akhir bulan Februari sehingga total penjualan yang tercatat pada Q1-2024 hanya merupakan penjualan selama bulan Maret.

Dari sisi neraca tambahnya, perseroan mencatatkan total aset pada Q1-2024 sebesar 881,7 miliar rupiah atau tumbuh signifikan dibandingkan dengan total aset pada Q1-2023 atau periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 692,1 miliar rupiah.

Sedangkan, total hutang tercatat sebesar 123,9 miliar rupiah atau tidak berubah signifikan dari periode sebelumnya sebesar 119,9 miliar rup[ah. Sementara, untuk total ekuitas perseroan mengalami peningkatan 572,1 miliar rupiah menjadi 757,7 miliar rupiah karena peningkatan saldo laba perseroan.

Sebagai informasi, perseroan memiliki lahan konsesi pertambangan nikel yang berlokasi di Desa Buleleng, Kecamatan Bungku Pesisir, Kabupaten Morowali. Lahan tersebut merupakan lahan Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi produksi seluas 198 hektar dengan area tertambang seluas 47 hektar. Cadangan terkira daerah IUP Perseroan sebesar 3,7 juta ton dengan kadar Ni sebesar 1,51 persen.

Untuk Entitas anak (PT IBM), memiliki lahan konsesi pertambangan nikel yang berlokasi kecamatan Langgikima, kabupaten Konawe Utara, provinsi Sulawesi Tenggara. Lahan tersebut merupakan lahan IUP operasi produksi seluas 576 hektar dengan area tertambang seluas 60,72 hektar, dimana cadangan terkira dan terbukti sebesar 9,42 juta ton dengan kadar Ni sebesar 1,30 persen.

Produksi Terganggu

Lebih lanjut Rudy memaparkan bahwa pada Q2-2024 ini, situasi geopolitik yang saat ini berkembang semakin menantang. Diantaranya, sanksi AS dan Inggris terhadap Russia yang meluas terhadap ekspor bahan mentah dan larangan penjualan di London Metal Exchange (LME) dan Chicago Mercantile Exchange (CME).

Selain itu, insiden di Kaledonia Baru yang mempengaruhi operasional perusahaan pertambangan nikel yaitu terganggunya aktivitas produksi tambang dan beberapa pertambangan nikel di Australia mengalami gangguan pasokan akibat faktor biaya.

"Akibat beberapa sentimen ini, pasokan bijih nikel dunia terutama di Kaledonia Baru dan Australia tidak normal, yang diperkirakan dapat menjadi katalis positif untuk kenaikan harga dalam rantai industri nikel ke depan," kata Rudy.

Hal itu tercermin dengan meningkatnya harga acuan nikel di akhir April 2024 sudah meningkat 8,76 persen menjadi 17.424,52 dollar AS/dmt dibandingkan dengan periode Maret 2024 yang berada pada level 16.021,67 dollar AS/dmt.

Perseroan kata Rudy optimistis adanya beberapa sentimen positif tersebut, termasuk telah disetujuinya RKAB untuk tahun 2024, sehingga perseroan akan menggenjot produksi dan penjualan yang kemudian akan berdampak positif terhadap kinerja keuangan.

"Pada semester ke II tahun 2024 ini, Perseroan juga berencana untuk berproduksi sesuai kapasitas RKAB. Perseroan menilai bahwa dengan terganggunya proses produksi tersebut di atas, yang membuat terbatasnya supply nikel pada akhir Q1-2024 hingga awal Q2- 2024, maka dengan adanya penambahan kapasitas produksi diharapkan dapat meningkatkan harga jual yang berkelanjutan yang kemudian akan meningkatkan Average Selling Price (ASP) perseroan," kata Rudy.

Perseroan pungkasnya menargetkan pencapaian penjualan hingga akhir tahun 2024 ini sebesar 1,289 triliun rupiah dengan target laba sebelum pajak sebesar 352 miliar rupiah.

"Kami yakin dengan iklim usaha industri yang kondusif, perseroan dapat mencapai target kinerja keuangan yang telah ditetapkan," tutup Rudy.


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Vitto Budi

Komentar

Komentar
()

Top