Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Paskah, Pemilu, dan Perdamaian

Foto : koran jakarta/ones
A   A   A   Pengaturan Font

oleh Rd Aloysius Budi Purnomo

Perayakan Paskah kali ini bersamaan dengan penyelenggaraan Pemilu 2019. Pemilu serentak untuk memilih presiden dan wakil, serta anggota DPR, DPRD kota/kabupaten/provinsi dan DPD dilaksanakan hari ini, 17 April 2019. Lusa, pada hari Jumat, umat Kristiani mengenangkan sengsara dan wafat Yesus Kristus dilanjutkan kebangkitan Tuhan pada Hari Paskah tanggal 21 April 2019.

Apa yang bisa direnungkan dalam peristiwa sosialpolitik itu melalui perspektif rohani sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus Kristus dalam konteks hidup berbangsa dan bernegara? Tentu saja, pertama-tama, seluruh proses demokrasi yang diungkapkan melalui pemilu, bertujuan memilih pemimpin yang diharapkan bisa membawa bangsa maju dalam kesejahteraan, kerukunan, dan keadilan.

Dalam bahasa rohani semua itu disebut dengan keselamatan lahir maupun batin. Keselamatan bukan soal rasa-perasaan rohani belaka, melainkan harus pula ditopang fakta sosial-politik. Ini ditandai kemajuan kesejahteraan, kerukunan dan keadilan.

Dengan begitu, perdamaian pun diwujudkan dalam kerangka hidup bersama, tanpa diskriminasi di dalam kehidupan. Dalam konteks Paskah, kita tidak pernah lepas dari pribadi Yesus yang karena sengsara, wafat, dan kebangkitan-Nya disebut Kristus, Sang Mesias.

Dia berjuang untuk memajukan kehidupan umat manusia, tanpa diskriminasi. Yesus adalah model pilihan kepemimpinan yang membawa kita kepada jantung harapan kehidupan yang maju, damai-sejahtera, dan berkeadilan.

Dalam diri Yesus, tekad untuk selalu memajukan kehidupan ditandai dengan kasih, tanpa pilih-pilih. Meski demikian, dalam kasih tanpa diskriminasi itu, tetap tertuju pada pilihan untuk mengutamakan dan mendulukan kaum papa, miskin, tersingkir, dan tertindas,.

Itulah yang disebut dengan preferential for the poor and the oppressed. Itulah pilihan utama Yesus dalam memajukan kehidupan agar adil, sejahtera, damai, rukun, dan bersatu dalam kasih.

Saat berkarya di dunia, betapa mudah Yesus didekati rakyat jelata, kaum pendosa, yang terbelenggu sakit dan dibebani berbagai persoalan hidup. Yesus adalah pemimpin yang merakyat, tanpa jarak. Ia Sang Gembala yang senantiasa bersama kawanan domba- Nya yang nestapa.

Kedekatan itu tidak dalam rangka pencintraan demi kekuasaan lima tahunan, melainkan untuk kemajuan hidup. Ini bukan pula dalam rangka meraih kemenenangan kekuasaan, apalagi dengan menghalalkan segala cara melalui tebar kebohongan.

Dia memimpin dengan melayani dalam kebenaran dan pengorbanan. Dalam diri Yesus juga terpancar kepekaan sosial faktual dan aktual bagi penderitaan kaum kecil, lemah, miskin, tersingkir dan difabel (KLMTD).

Semua itu melulu demi memajukan kehidupan yang adil, sejahtera, rukun, dan damai, tanpa diskriminasi. Inilah gagasan dasar permenungan dalam rangka Paskah yang terpusat pada sosok Yesus yang sengsara, wafat, dan bangkit untuk memajukan kehidupan manusia. Dalam bahasa teologi, ini disebut karya penebusan.

Pengorbanan Yesus di kayu salib tidak lain sebagai pucak cara menghayati seluruh hidup-Nya demi kaum KLMTD agar memperoleh kehidupan yang adil, damai, dan sejahtera.

Pascapemilu

Kenangan inilah yang mestinya dibangkitkan lagi dalam rangka Paskah kali ini yang bersamaan dengan proses demokrasi yakni Pilpres dan Pileg 2019. Bagaimana pokok gagasan spiritualitas Paskah yang sejati itu bisa diaktualisasikan dalam kehidupan bermasyarakat pasca-pemilu ini?

Mari serukan, siapa pun yang akan terpilih oleh rakyat melalui proses demokrasi Pemilu 2019, entah sebagai Presiden-Wakil Presiden, maupun para wakil rakyat di DPR dan DPRD maupun DPD, harus juga terus berjuang untuk memajukan kehidupan yang adil, damai, rukun, dan sejahtera.

Contohlah pribadi Yesus yang tak mengedepankan pelayanan dan. Dia merupakan inspirasi dan motivasi setiap orang untuk mewujudkan semangat pelayanan yang sama.

Pertama-tama, perlulah dikembangkan semangat bela rasa bagi sesame. Buang seluruh dendam, benci, serta sikap permusuhan. Gantilah dengan sikap penuh kasih, tanpa diskriminasi demi terwujudnya kerukunan dan persaudaraan. Semua dipanggil untuk berbagi kehidupan, mendengarkan keprihatinan satu sama lain.

Mari saling membantu material maupun spiritual dalam kehidupan. Dalam bahasa ajaran sosial Gereja Katolik, inilah yang disebut dengan solidaritas. Bersukacita dengan mereka yang bersukacita, berdukacita bersama mereka yang berdukacita, menangis bersama mereka yang menangis.

Bergandengan tangan dengan siapa saja dalam komitmen membangun kehidupan baru yang rukun, damai, adil dan sejahtera (bdk Evangelii Gaudium 269).

Dewasa ini, banyak orang tergoda untuk mengambil jarak dengan luka-luka dan penderitaan salib karena mencari gampang. Mereka lalu menempuh jalan pintas dengan korupsi dan politik uang.

Semua itu merupakan bentuk nyata sikap menjauhi luka-luka dan derita salib Yesus. Paus Fransiskus mengingatkan umat Kristiani dan berlaku pula bagi siapa saja tanpa diskriminasi bahwa kita dipanggil dan diundang menyentuh penderitaan manusia.

Kita harus merengkuh semua yang terluka dan menderita dengan kasih. Jangan mencari tempat nyaman bagi pribadi atau kelompok dan menutup mata pada derita sesama.

Di sanalah, kehidupan bersama dibangun dalam solidaritas dan belarasa. Semoga, semangat Paskah yang dirayakan dalam suasana Pemilu 2019 sungguh bisa memberi inspirasi untuk menghadirkan kehidupan yang rukun dan damai.

Itulah salah satu buah utama penebusan Kristus dalam sengsara, wafat, dan kebangkitan-Nya pada Hari Paskah. Siapa pun yang terpilih menjadi pemimpin harus bisa menghadirkan kerukunan, kesejahteraan, dan perdamaian. Jangan ada dendam dan benci.

Rakyat rukun kembali sebagai warga Negara Kesatuan Republik Indonesia atas dasar Pancasila dan UUD 1945 dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika. Selamat atas pesta demokrasi Pemilu 2019. Selamat kepada semua yang diberi mandat rakyat untuk memajukan bangsa. Penulis Kepala Campus Ministry Unika Soegijapranata

Komentar

Komentar
()

Top