Pasar Obligasi Bergerak Variatif
Foto: ISTIMEWAJAKARTA - Pasar surat utang terkena imbas negatif dari pasar valas dan ekuitas sehingga bergerak bervariatif. Analis Binaartha Sekuritas, Reza Priyambada, mengatakan sentimen negatif yang melanda pasar valas dan ekuitas cukup mengganggu kondisi pasar surat utang sehingga turut mengalami pergerakan variatif.
"Meski disertai adanya aksi jual, namun tidak sebanyak pada pasar valas dan ekuitas yang terlihat dari pergerakan imbal hasil obligasi dalam negeri yang masih bergerak turun," ungkap dia kepada Koran Jakarta, Senin (4/9). Sementara itu, terkait imbal hasil obligasi korporasi ada kecenderungan flat. Kendati demikian, kondisi pasar surat utang secara keseluruhan masih dapat terjaga.
Adapun imbal hasil untuk tenor pendek (1-4 tahun) rata-rata bergerak turun sebesar 1,39 bps, tenor menengah (5-7 tahun) turun 1,75 bps, dan panjang (8-30 tahun) turun 3,38 bps. Menurut Reza, meski terdapat sentimen negatif, namun masih terjaganya aksi beli mampu menjaga kondisi pasar obligasi untuk tidak melemah kian dalam. Di sisi lain, pergerakan dari imbal hasil obligasi pun terlihat masih cenderung turun.
Diharapkan kondisi tersebut dapat kembali terjaga sehingga tidak membuat kondisi pasar obligasi berbalik melemah. Sedangkan pergerakan rupiah yang belum terlihat berbalik menguat, seiring meningkatnya permintaan atas sejumlah mata uang hard currency, diharapkan tidak menghalangi pergerakan di pasar obligasi.
"Tetap cermati berbagai sentimen yang ada dan waspadai berbagai sentimen yang dapat menahan peluang kenaikan pada pasar obligasi," paparnya. Terkait Surat Utang Negara (SUN), Reza mengungkapkan adanya aksi beli bisa menjaga pergerakan harganya. Pada FR0061 yang memiliki waktu jatuh tempo ±5 tahun dengan harga 103,25 persen memiliki imbal hasil 6,19 persen atau turun 0,01 bps dari sebelumnya di harga 103,21 persen dengan imbal hasil 6,20 persen.
Untuk FR0072 yang memiliki waktu jatuh tempo ±20 tahun dengan harga 110,48 persen dan imbal hasil 7,21 persen atau turun 0,07 bps dari sehari sebelumnya di harga 110,52 persen dengan imbal hasil 7,22 persen. Sementara itu, pada perdagangan Senin (4/9), rata-rata harga obligasi pemerintah yang tecermin pada INDOBeX Government Clean Price naik 0,12 bps di level 117,78 dari sebelumnya di level 117,64.
Sementara itu, pergerakan imbal hasil SUN 10 tahun di level 6,63 persen di bawah sebelumnya 6,67 persen dan US Goverment Bond 10 tahun di 2,12 persen di bawah sebelumnya 2,13 persen, sehingga spread di level 450,7 di bawah sebelumnya 453,8.
Melemah Terbatas
Sementara itu, Kepala riset PT Indo Mitra Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, menuturkan pasar obligasi diperkirakan akan flat hingga berpotensi menguat atau melemah terbatas. Ruang penguatan yang sudah sangat terbatas ini didorong oleh daya beli para investor yang sangat tinggi, untuk menjaga harga obligasi tidak turun.
"Namun, bagi obligasi sendiri, penurunan ini hanya tinggal menunggu waktunya, yang memang kalau harga obligasi konsisten untuk terus naik, dia harus mengalami penurunan sebelum melanjutkan kenaikan berikutnya," tutur dia. Disiplin dan menjual di harga tertinggi, menurut Nico, saat ini merupakan saat yang baik untuk dapat mengambil kesempatan berikutnya.
Secara teknikal pihaknya merekomendasikan hold hingga jual dengan volume kecil, menanti data ekonomi dan lelang yang akan diadakan pemerintah. "Hat-hati, tetap fokus dan disiplin kepada strategi serta target investasi yang direncanakan," imbuh dia.
yni/AR-2