Para Pemimpin Pasifik Hadapi Polikrisis
Sitiveni Rabuka
Foto: AFP/Giuseppe CACACENUKU'ALOFA - Para pemimpin negara kepulauan Pasifik pada Senin (26/8) akan berkumpul untuk menghadiri pertemuan puncak penting di Tonga yang bertujuan untuk mengatasi kenaikan permukaan laut yang cepat dan merusak, persaingan negara-negara adidaya, dan kerusuhan yang disertai kekerasan di New Caledonia.
Forum Kepulauan Pasifik tahun ini berlangsung di Nuku'alofa, ibu kota pesisir di Tonga yang masih berupaya bangkit setelah bencana letusan gunung berapi dan tsunami pada tahun 2022.
Sejak pertemuan terakhir mereka, 18 anggota forum yang tersebar telah dilanda hambatan ekonomi dan meningkatnya persaingan antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok. Namun bahaya perubahan iklim diperkirakan akan menjadi agenda utama pada pertemuan kali ini.
Sekjen PBB, Antonio Guterres, akan hadir di forum tersebut dan ia akan mendukung para pemimpin Pasifik untuk melakukan seruan baru untuk mempersenjatai diri dalam menghadapi perubahan iklim.
Dulunya dipandang sebagai perwujudan surga yang dipenuhi pohon kelapa, Pasifik selatan kini menempati salah satu wilayah yang paling terancam oleh perubahan iklim di planet ini. Negara-negara dataran rendah seperti Tuvalu hampir seluruhnya akan tertelan oleh naiknya permukaan air laut dalam waktu 30 tahun ke depan.
"Perubahan iklim, seperti biasa, tetap menjadi prioritas utama para pemimpin," kata Mihai Sora, direktur penelitian Pasifik di Lowy Institute Australia. "Saya pikir kehadiran Sekjen PBB dimaksudkan untuk menarik kepentingan internasional untuk memberikan tekanan pada mitra internasional," imbuh dia.
Hal ini berpotensi menjadi medan yang tidak nyaman bagi anggota forum Australia, yang merupakan perusahaan pertambangan batu bara terkemuka yang terlambat mencoba untuk meningkatkan kredibilitas hijaunya.
Pada 2026, Australia ingin menjadi tuan rumah bersama konferensi iklim COP31 bersama negara-negara tetangganya di Pasifik. Namun pertama-tama, mereka harus meyakinkan blok tersebut bahwa mereka serius dalam mengurangi emisi.
Perebutan Pengaruh
Pertemuan ini akan menjadi yang pertama di bawah pimpinan forum baru Baron Waqa, yang telah memperingatkan Tiongkok dan AS yang saling berebut pengaruh di Pasifik.
Beijing telah bertekad untuk mendekati negara-negara Pasifik dengan menggunakan sumbangannya untuk membangun kantor-kantor pemerintah, tempat olahraga, rumah sakit, jalan raya, dan banyak lagi.
Khawatir bahwa Tiongkok akan menjadikan hal ini sebagai kehadiran militer permanen, AS dan Australia menanggapinya dengan memberikan bantuan, menandatangani perjanjian bilateral, dan membuka kembali kedutaan besar yang sudah lama tidak aktif.
"Tiongkok telah meningkatkan upaya keterlibatannya secara signifikan di Pasifik dalam beberapa tahun terakhir, khususnya yang ditujukan pada sektor keamanan," kata Kathryn Paik, mantan pakar Pasifik di Dewan Keamanan Nasional bagi Presiden AS, Joe Biden.
"Namun, seiring dengan semakin besarnya kepentingan Tiongkok di kawasan ini, AS, Australia, dan mitra-mitra lain yang berpikiran sama semakin fokus untuk memastikan bahwa Tiongkok tidak memperoleh pijakan militer," imbuh dia.
Sementara itu Perdana Menteri Fiji, Sitiveni Rabuka, menggambarkan gabungan ketegangan geopolitik dan ancaman iklim yang mendesak sebagai polikrisis yang sedang terjadi.
Krisis yang belum terselesaikan di wilayah Prancis, New Caledonia, yang merupakan anggota penuh forum, juga menjadi masalah besar tahun ini. Oleh karena itu, Forum Kepulauan Pasifik telah mencoba mengirimkan tim pemantau untuk memantau situasi di ibu kota New Caledonia, Noumea, yang dilanda kerusuhan. AFP/I-1
Berita Trending
- 1 Cagub Khofifah Pamerkan Capaian Pemprov Jatim di Era Kepemimpinannya
- 2 Ini Klasemen Liga Inggris: Nottingham Forest Tembus Tiga Besar
- 3 Cagub Luluk Soroti Tingginya Pengangguran dari Lulusan SMK di Jatim
- 4 Cagub Risma Janji Beri Subsidi PNBP bagi Nelayan dalam Debat Pilgub Jatim
- 5 Cawagub Ilham Habibie Yakin dengan Kekuatan Jaringannya di Pilgub Jabar 2024