
Para Pemimpin Diminta Mendorong Persatuan, Jangan Malah Memecah Belah

PEMBANGUNAN KERETA CEPAT JAKARTA-BANDUNG I Pekerja berjalan di dekat rangkaian Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) di Depo Kereta Cepat Tegalluar, Bandung, Jawa Barat, belum lama ini. Di saat pemerintah sedang gencar-gencarnya membangun infrastruktur, pernyataan pemimpin nasional yang provokatif dan berbau SARA akan mengurangi minat investor menanamkan modalnya.
Seharusnya pemimpin nasional menyerukan pentingnya persatuan bangsa, bukan sedang "memainkan api" yang bisa mengancam persatuan bangsa.
"Sadar atau tidak, pernyataan dari seorang pemimpin yang provokatif dengan dikotomi pribumi dan nonpribumi bisa membelah persatuan bangsa," kata Siprianus.
Menurutnya, belum meratanya tingkat ekonomi di Indonesia bukan karena dikotomi pribumi dan pribumi ataupun antargolongan tertentu tetapi karena ada beberapa permasalahan bangsa yang dibiarkan seperti kronisme dan oligarki.
Bahkan, kalau ditelusuri lebih lanjut mereka yang menggunakan isu SARA menjelang pemilu dan pilpres saat ini, justru memiliki kroni bisnis yang menggurita di beberapa wilayah.
Mungkin mereka lupa kalau pribumi dan nonpribumi itu tafsir yang keliru diimplementasikan saat ini, karena itu berlaku saat zaman penjajahan. Sejarah juga menorehkan dan sudah didukung temuan genetik kalau bangsa Indonesia nenek moyangnya dari etnis yang berasal dari pantai timur Tiongkok.
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : Vitto Budi
Komentar
()Muat lainnya