Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Panduan Mengelola Keuangan Kaum Milenial

A   A   A   Pengaturan Font

Bagi milenial perkotaan, nongkrong di kafe, berbelanja, perawatan kecantikan, hingga liburan sudah menjadi bagian dari gaya hidup. Mereka boleh saja eksis, namun juga mesti realistis. Perawatan kecantikan, misalnya, agar memilih kosmetik sesuai dengan keadaan finansial, jangan sampai larut tren. Sebab sekarang perempuan terus didorong menambah pengeluaran belanja fesyen dan kecantikan.

Buku mengutip penelitian sebuah perusahaan nasional bisnis kecantikan pada Agustus 2018. Disebutkan, belanja fesyen dan kecantikan di kisaran 20 persen dari total pengeluaran. Saat keuangan membaik, belanja tersebut didorong hingga mencapai 40 persen. Bagi ibu rumah tangga, pengeluaran 20 persen untuk kebutuhan kecantikan masih masuk akal. Sedangkan bagi perempuan berpenghasilan sendiri, 40 persen pengeluaran juga tak perlu didebat. Tapi bagi kaum pria, ongkos itu mahal dan tak masuk akal (hlm 105).

Tentang keuangan, milenial tak bisa melupakan urusan pernikahan. Besarnya biaya (pesta) pernikahan sering "menghalangi" orang yang ingin menikah. Buku ini mengingatkan jangan sampai hanya demi kemewahan pesta, yang lebih penting justru dikorbankan. Lebih penting menyiapkan tabungan pascapernikahan ketimbang menghabiskan uang untuk pesta perkawinan. "Mempersiapkan dana untuk kepemilikan rumah serta investasi biaya pendidikan anak jauh lebih penting," (hlm 124).

Seperti judulnya, Mengatur Keuangan dengan Bahagia, buku tak sekadar mendasarkan pengelolaan uang pada efisiensi ekonomi. Ia memperhatikan juga kebutuhan untuk hiburan, ketenangan, ongkos sosial, dan karakter milenial yang ingin eksis. Ia mengakomodasi kebutuhan tersebut dan mengajak pembaca berdialog guna mengatur keuangan secara efisien, agar tetap bahagia. "Tak ada salah, sesekali menghadiahi diri dengan hal-hal yang disuka: nongkrong di tempat hipster, nonton konser musik, makan enak, dan melancong," tulisnya (hlm 67).

Buku ini menjadi menarik karena tak sekadar memberikan uraian teoritis mengenai pengelolaan uang, namun berangkat dari problem-problem yang sering dihadapi para milenial terkait keuangan. Di samping itu, buku juga menghadirkan suasana diskusi yang cair dalam setiap tulisan, sehingga setiap saran dan gagasan mudah diterima karena sesuai pemikiran generasi milenial.
Halaman Selanjutnya....

Komentar

Komentar
()

Top