Kawal Pemilu Nasional Mondial Polkam Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Otomotif Rona Telko Properti The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis Liputan Khusus
Kebijakan Moneter

Pacu Inflasi, Bank Sentral Eropa Berencana Menambah Stimulus

Foto : DANIEL ROLAND/AFP

Kantor Pusat Bank Sentral Eropa (ECB).

A   A   A   Pengaturan Font

FRANKFURT - Bank Sentral Eropa atau European Central Bank (ECB) berencana menambah stimulus dengan mencetak uang baru hingga triliunan euro atau yang dikenal dengan quantitative easing (QE). Stimulus tersebut akan digunakan merangsang perekonomian yang lesu akibat dampak dari pandemi Covid-19.

Kebijakan moneter longgar tersebut klaim ECB akan terus dilakukan hingga otoritas moneter yakin inflasi akan mencapai 2 persen.

"Konfirmasi bahwa ECB akan bertahan dengan kebijakan moneter longgar lebih lama tidak akan mengejutkan investor," ungkap Kepala Ekonom Eropa di Capital Economics, Andrew Kenningham, seperti dikutip dari CNN Business, Jumat (23/7).

Pernyataan ECB dinilai lebih dovish atau menunda kenaikan suku bunga dari perkiraan sebelumnya di mana bank sentral Eropa menetapkan standar untuk mengerek suku bunga acuan dari posisi saat ini.

ECB berubah pikiran dengan mengejar inflasi di kisaran 2 persen dalam jangka menengah. Bahkan, bank sentral memiliki ruang untuk melampaui target tersebut.

Perubahan target itu terjadi karena bank sentral terus membeli obligasi sebagai bagian dari upaya stimulus besar-besaran.

ECB tercatat telah membeli obligasi senilai 1,2 triliun euro atau sekitar 1,4 triliun dollar AS sejak Maret 2020, dan akan kembali menambah jumlah pembelian tahun ini senilai 80 miliar euro atau sekitar 94 miliar dollar AS per bulan.

Secara total, ECB telah membeli obligasi 1,85 miliar euro atau 2,2 triliun dollar AS yang digunakan untuk bantuan pandemi Covid-19.

Analis Barclays berharap ECB berhenti membeli obligasi atas nama pandemi pada Maret 2022 nanti. Hal itu dengan asumsi bahwa pemerintah tidak lagi menerapkan kebijakan lockdown karena lonjakan kasus pandemi Covid-19.

Namun demikian, bukan berarti ECB berhenti menggelontorkan stimulus. Barclays berharap ECB tetap membeli obligasi, tetapi untuk program pembelian aset.

Barclays memperkirakan ECB membeli obligasi gabungan sebesar 700 miliar euro atau 825 miliar dollar AS pada 2022. Angka tersebut setara dengan ratusan miliar yang harus dibayar pada sisa tahun ini.

Masalah Baru

Menanggapi kebijakan moneter itu, Pakar Ekonomi dari Universitas Surabaya (Ubaya), Bambang Budiarto, mengatakan hampir semua kebijakan ekonomi yang dibuat untuk mengatasi masalah akibat pandemi Covid-19 saat ini senantiasa memunculkan masalah baru. Sebab itu, Indonesia diharapkan jeli dalam menyikapi agar dapat mengambil manfaat dari kebijakan ECB.

"Penambahan money supply oleh ECB tentu saja meningkatkan pergerakan ekonomi yang pada gilirannya pertumbuhan ekonomi pun akan meningkat," katanya.

Soal inflasi, dia mengatakan tambahan supply pasti menimbulkan kenaikan harga, tetapi tidak terlalu masalah karena dunia usaha pun saat ini sedang membutuhkan inflasi karena ekonomi masih lesu.

BI, tambahnya, harus jeli merespons kebijakan eksternal tersebut dengan melakukan penyesuaian agar memperoleh manfaat. n SB/E-9


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top