Kawal Pemilu Nasional Mondial Polkam Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Otomotif Rona Telko Properti The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis Liputan Khusus
Pandemi Global I Virus Mematikan “Disease X” Muncul di Afrika

Orang yang Sudah Divaksin Harus Tetap Waspada

Foto : Sumber: AFP
A   A   A   Pengaturan Font

» Orang yang telah divaksinasi perlu melakukan tindakan pencegahan sampai ada tingkat kekebalan kelompok tertentu.

» Virus korona baru akan tetap menjadi ancaman. Tapi, ancaman akan cukup mereda jika semua orang telah menerima vaksin.

JENEWA - Kehadiran vaksin virus korona memberikan harapan baru dalam upaya melawan pandemi yang telah melanda dunia sejak awal tahun 2020 itu. Meskipun demikian, Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO ) memperingatkan orang yang sudah menerima vaksin untuk tetap waspada.

Kepala ilmuwan WHO, dr Soumya Swaminathan, mengatakan dalam konferensi pers virtual, belum ada bukti bahwa orang yang telah divaksinasi dapat bepergian ke negara yang rawan tanpa risiko penyebaran penyakit. "Saya tidak yakin kita telah memiliki bukti dari vaksin mana pun akan mampu mencegah infeksi dan mampu menularkannya kembali," ungkap Swaminathan kepada Sydney Morning Herald, Minggu (3/1).

Atas dasar itu, Swaminathan meminta semua orang yang telah menerima vaksin Covid-19 masih harus mematuhi protokol pencegahan, walaupun telah mendapat perlindungan dari dalam.

"Kita perlu berasumsi bahwa orang yang telah divaksinasi juga perlu melakukan tindakan pencegahan yang sama sampai ada tingkat kekebalan kelompok tertentu," katanya.

Senada dengan Swaminathan, Direktur Program Darurat Kesehatan WHO, dr Mike Ryan, juga memperingatkan, virus korona akan tetap ada.

Dr Ryan menyampaikan virus korona baru akan tetap menjadi ancaman. Tapi, ancaman akan cukup mereda jika semua orang telah menerima vaksin.

"Skenario yang mungkin terjadi adalah virus akan menjadi virus endemik lainnya, virus akan tetap menjadi ancaman, tetapi tingkat ancaman yang sangat rendah dalam konteks program vaksinasi global yang efektif," kata Ryan.

Pejabat tinggi WHO tersebut juga menjelaskan vaksin bukan jaminan untuk memberantas suatu penyakit menular, meskipun telah terbukti memiliki tingkat kemanjuran yang tinggi.

Untuk saat ini, WHO berharap semua negara untuk fokus pada penyelamatan nyawa, mengontrol epidemi ini dengan baik, sehingga kehidupan masyarakat dapat kembali normal.

"Disease X"

Sementara itu, para ilmuwan memperingatkan kemunculan virus mematikan lainnya yang disebut disease X. Disease X atau penyakit X yang berarti penyakit tidak terduga ini masih bersifat dugaan untuk saat ini.

Penyakit yang ditakuti para ilmuwan dan pakar kesehatan masyarakat ini dapat menyebabkan penyakit serius di seluruh dunia. Ahli menyebut gejala disease X muncul di Afrika. Seorang pasien yang dirahasiakan namanya menjalani pemeriksaan setelah mengalami gejala awal demam berdarah. Beberapa pengetesan termasuk Ebola, namun hasilnya negatif.

Ia diperiksa di National Institute of Biomedical Research (INRB) di Kinshasa, ibu kota Republik Demokratik Kongo.

Sebelumnya, pasien ini diisolasi untuk menghindari infeksi Ebola. Anak-anaknya juga telah dites, namun sampai saat ini tidak menunjukkan gejala apa pun.

Menurut Dr Dadin Bonkole, ini bukan kemungkinan yang berasal dari fiksi ilmiah (science fiction), namun ketakutan ilmiah yang berdasarkan fakta ilmiah. "Kita semua sudah seharusnya takut," kata Bonkole dikutip dari CNN, Minggu (3/1).

"Ebola tidak dikenal sebelumnya. Covid-19 tidak dikenal sebelumnya, kita harus takut dengan penyakit-penyakit baru," imbuhnya.

Professor Jean-Jacques Muyembe Tamfum yang membantu menemukan virus Ebola pada 1976 menyebut umat manusia menghadapi potensi virus mematikan baru yang tidak diketahui jumlahnya.

"Kita sekarang di dunia di mana patogen akan bisa keluar dan mengancam kemanusiaan," kata Muyembe.

Muyembe mengambil sampel darah pertama dari para korban penyakit misterius yang menyebabkan pendarahan, dan membunuh sekitar 88 persen pasien dan 80 persen staf yang bekerja di Rumah Sakit Misi Yambuku ketika penyakit itu pertama kali ditemukan.

Darah dikirim ke Belgia dan Amerika Serikat. Dari hasil penelitian, para ilmuwan menemukan virus berbentuk cacing. Mereka menyebutnya Ebola.

Sementara itu, penyakit misterius yang dialami pasien di Ingende masih terus diwaspadai karena sampai sekarang belum teridentifikasi.

n SB/AFP/P-4


Redaktur : Khairil Huda
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S, AFP

Komentar

Komentar
()

Top