Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Orang yang Beresiko Hepatitis Perlu Lakukan Skrining

Foto : istimewa

Hepatitis sendiri merupakan kondisi ketika organ hati mengalami peradangan akibat virus. Mereka yang berisiko seperti pernah memiliki riwayat menerima transfusi darah atau penggunaan jarum suntik bersama disarankan untuk melakukan skrining.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), menyebutkan diperkirakan 354 juta orang di seluruh dunia menderita hepatitis B atau C, dengan lebih dari satu juta orang meninggal karena hepatitis setiap tahunnya. Di Indonesia, diperkirakan sekitar 20 juta orang menderita hepatitis, dengan prevalensi tertinggi pada kasus hepatitis B.

"Jika kondisi ini terus terjadi, virus hepatitis dapat membunuh lebih banyak orang di dunia setiap tahunnya daripada gabungan malaria, tuberkulosis, dan HIV/AIDS pada tahun 2040," kata General Manager Marketing PT Itama Ranoraya Tbk, Satria Mulia Chaerudin, melalui keterangan tertulis pada hari Jumat (2/8).

Memperingati Hari Hepatitis Sedunia yang jatuh setiap tanggal 28 Juli, Itama Ranoraya yang bergerak di bidang penyediaan peralatan dan perlengkapan medis berteknologi tinggi, berpartisipasi untuk terus mendorong deteksi dini penyakit hepatitis. Deteksi dini begitu penting untuk mencegah adanya komplikasi lebih lanjut bagi pasien sekaligus mengurangi beban ketergantungan biaya jaminan sosial.

Ia menerangkan, hepatitis sendiri merupakan kondisi ketika organ hati mengalami peradangan akibat virus. Terdapat lima jenis virus hepatitis, yaitu tipe A, B, C, D, E yang dibedakan berdasarkan cara penularan, tingkat keparahan, dan pengobatannya. Penyakit hepatitis kerap muncul tanpa menimbulkan gejala dan mungkin baru timbul saat pasien telah memasuki stadium lanjut.

Alhasil, sebagian besar masyarakat hidup dengan hepatitis yang tidak terdiagnosis. Bahkan, ketika hepatitis berhasil didiagnosis, jumlah masyarakat yang melakukan pengobatan dan perawatan untuk bertahan hidup dari penyakit ini sangatlah kecil.

"Sebagian besar kasus hepatitis tidak terdiagnosis karena gejalanya sering kali tidak terlihat hingga penyakit sudah mencapai tahap lanjut. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk menjalani skrining rutin, terutama mereka yang berada dalam kelompok risiko tinggi, seperti mereka yang memiliki riwayat transfusi darah atau penggunaan jarum suntik bersama," ujarnya.

Satria menuturkan, praktik preventif terbaik untuk mengurangi risiko hepatitis meliputi vaksinasi, terutama untuk hepatitis A dan B, menjaga kebersihan tangan, memastikan makanan dan minuman yang dikonsumsi dalam keadaan bersih dan matang, serta menghindari penggunaan jarum suntik secara bergantian. Dengan demikian, diharapkan dapat mengurangi prevalensi hepatitis yang tidak terdiagnosis dan meningkatkan peluang pengobatan dini.

"Gejala-gejala dari hepatitis yang perlu diwaspadai antara lain adalah feses berwarna pucat, nyeri perut, kelelahan, penyakit kuning, urin berwarna gelap, demam ringan, penurunan nafsu makan, dan nyeri pada sendi," kata dia.

Direktur Utama PT Itama Ranoraya Tbk Heru Firdausi Syarif, mengatakan, Reagen Abbott yang didistribusikan memiliki sensitivitas 100 persen sehingga bisa dipastikan bahwa sangat minim apabila terjadi kesalahan dalam pembacaan. Hingga tahun 2023, Perseroan telah berhasil mendistribusikan lebih dari 500 reagen ke seluruh Indonesia, terlebih pada Unit Transfusi Darah (UTD) Rumah Sakit dan Palang Merah Indonesia (PMI).

"Kami terus mengupayakan ekspansi ke berbagai wilayah di Indonesia dengan harapan dapat mendorong upaya deteksi dini penyakit hepatitis dan secara umum meningkatkan derajat kesehatan komunitas kita," ungkapnya.


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top